Oleh Bahagia Ishak
Tanggal 15 Juni 2008 ini genap sudah umur Pidie Jaya setahun. Jika dalam rumah tangga masih banyak kekurangan, terutama masalah ekonomi. Masa sulit dan susah, datang silih berganti di awal berumah tangga. Pidie Jaya diibaratkan seperti pengantin baru memulai hidup baru dengan pasangannya. Memerlukan arahan dan wejana dari orang tua dalam menempuh mahligai rumah tangga.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, belum ada geliat pembangunan berarti yang dicapai oleh pemerintah daerah. Arah pembangunan dan tujuan pemerintah daerah hanya memilih Bupati definitive nantinya. Masih kurang menyentuh kebutuhan rakyat banyak. Walaupun ada pembangunan, itupun hanya seputar jalan Banda Aceh – Medan.
Arah pembangunan sektor lain tidak dirasakan oleh masyarakat. Perputaran ekonomi warga terjadi dalam bidang pertanian dan perikanan. Kemakmuran rakyat Pidie Jaya belum berjaya. Tujuan pemerintah mensejahterakan rakyat masih dalam bayangan semu serta jalannya masih sangat panjang. Kemiskinan dan pengangguran tetap menjadi milik rakyat jelata. Tapi sekarang, yang ada hanya penambahan posisi jabatan sktruktural dalam pemerintah, tanpa memikirkan nasib rakyat banyak.
Pemerintah Pidie Jaya diharapkan mempunyai struktur organisasi dan manajemen jelas. Tujuanya agar dapat melaksanakan fungsi dan kegiatan pemerintahan benar-benar melayani rakyat, bukan rakyat melayani pemerintah. Membangun satu daerah memerlukan waktu, kesabaran, pengorbanan, perjuangan, tanggung jawab, cinta dan loyal pada daerah. Semua itu sangat menentukan arah keberhasilan pembangunan, Gambaran secara sistematis tentang pembangunan berhubungan dengan kerjasama para pengawai dalam rangka usaha mencapai visi misi untuk pencapaian target yang telah ditetapkan.
Pembangunan Pidie Jaya bukan hanya menjadi tanggung Jawab seorang Bupati, tapi semua rakyat harus memikirkan kemajuan daerah penghasil pertanian, perkebunan dan perikanan ini. Pemerintah daerah dituntut mempersiapkan semua kebutuhan penunjang pemerintahannya. Tentunya membutuhkan orang-orang mau berfikir dalam mengembangkan daerah dengan iklas dan memulai pembangunan di berbagai sektor kehidupan Rakyat.
Beribukota Mereudu, kota kecil 2 km dari Jalan Banda Aceh Medan ini memerlukan tata letak dan lay out perkotaan yang bijak dan terarah. Badan jalan masuk ke Ibukota sempit dan belum menampakkan adanya geliat pembangunan. Kurangnya akses transportasi dikhawatirkan menghambat jalannya perekonomian. Akibatnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan menjadi kendala, dimana uang tidak mau singgah di Pidie Jaya.
Lay out tata letak kota
Seandainya pengembangan Pidie Jaya tetap dilakukan 2 km dari jalan Banda Aceh – Medan, ditakutkan tidak akan ada kemajuan dalam perjalanan pembangunan kedepan. Pemilihan lokasi pembangunan kantor pemerintah harus dimusyawarahkan dengan keluarga besar masyarakat Pidie Jaya. Ini penting, biarlah rakyat memilih lokasi pembangunan Kota Pidie Jaya.
Dari geliat pembangunan yang terjadi, cocok pengembangan Pusat Perkantoran dan Kota Pidie Jaya sepanjang jalan BNA – Medan. Hal ini harus ditempuh oleh pemerintah dengan cara membeli lahan kosong milik masyarakat. Tentunya mempunyai beberapa alasan, tanpa mengesampingkan sektor pendidikan.
Pertama, sebelum memekarkan sebuah wilayah, pasti sudah dipertimbangkan sebaik-baiknya tujuan ingin dicapai. Dalam mencapai keberhasilan pembangunan sangat tergantung pada koordinasi dan kerjasama membangun daerah. Untuk menjamin keberhasilan maka dilaksanakan pembagian tugas serta wewenang secara teratur dan terencana di struktur pemerintah. Sistem organisasi ini akan memudahkan pengawasan dan memperlancar jalannya pemerintahan.
Kedua, kelangsungan hidup pemerintah tergantung dari efektivitas para pekerja yang menjadi pengawai di pemerintah.
Dimana mereka harus ditempatkan orang-orang tepat pada posisinya, sehingga dapat bekerja efesien.
Ketiga, adanya the righ man in the righ job and the righ job in the righ place (pembagian tugas pokok dan kelompok staf yang melaksanakan tugas penunjang). Sangat mendukung dalam pencapaian pembangunan, sehingga sangat dibutuhkan kedisiplinan dan moral tinggi dalam setiap pegawai sesuai dengan keahlian, pendidikan dan pengalaman kerja.
Sehingga organisasi dan manajemen yang baik akan dapat memberikan keseimbangan pada tugas, pendelegasian kekuasaan, kesatuan perintah, tanggung jawab serta wewenang. Semua hal ini akan berdampak positif kepada peningkatan produktivitas jalannya pemerintahan.
Adanya uraian yang jelas tentang tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bidang dalam pemerintah. Tujuannya akan mendorong kegiatan pemerintahan dan manajemen berjalan dengan efektif dan efesien. Diharapkan kepada pemerintah membuka akses bagi masyarakat melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna, misalnya dalam bidang olah raga, kesenian, kerohanian, pelatihan, seminar, work shop dan training, sehingga solidaritas kekompakan pemerintah dengan rakyat dapat terbina dengan baik.
Keempat, pemerintah membeli tanah rakyat kecil di areal persawahan. Hal ini ikut mensejahterakan rakyat, karena harga belinya harus sesuai dengan harga pasar. Sehingga ikut mengangkat perekonomian dan taraf hidup rakyat. Hasilnya akan ada perkantoran dekat dengan jalan raya, keadaan ini akan ikut serta memajukan daerah. Perekonomian rakyat meningkat dan perputaran uang tidak terpusat di satu titik lokasi.
Kelima, altenatif kedua perluasan kota kabupaten dengan membangun kota di sepanjang tanah mulai Lueng Putu hingga ke Panteraja. Kedua daerah ini memiliki lahan kosong yang luas cocok untuk pembangunan kantor pemerintah. Apalagi didukung dengan tersedianya SPBU Paru yang akan ikut memberi dampak bagi kemajuan daerah.
Bahwa pembangunan bukan hanya ekonomi, tetapi harus menginteraksikan sosial, dan lingkungan hidup. Karena itu, kalau mau menilai suatu kegiatan, tidak boleh hanya dengan pertimbangan ekonomi. Oleh karena itu, perlu ada intervensi pemerintah. Dan, untuk intervensi itu sudah ada landasan hukumnya, ada law enforcement. Kalau itu tidak berjalan, daerah ini adalah soft state. Ya, tidak akan maju-maju daerah ini.
Dikatakan perkembangan menyeluruh yang digariskan dalam konsep pembangunan ilmiah adalah mendorong secara menyeluruh pembangunan di bidang-bidang ekonomi, politik, kebudayaan dan sosial yang berciri khas Aceh. Pembangunan ekonomi sebagai tugas sentral berdasarkan rencana awal pembangunan Pidie Jaya.
Sedangkan perkembangan seimbang adalah mempertimbangkan secara menyeluruh perkembangan kota dan desa, perkembangan antar daerah, perkembangan ekonomi dan sosial. Perkembangan harmonis antara manusia dan alam, serta antara pembangunan di dalam daerah dan keterbukaan terhadap dunia luar. Untuk itu perlu mendorong keselarasan berbagai mata rantai, seperti bidang pembangunan modernisasi, mendorong keselarasan antara hubungan produksi dengan tenaga produktif, serta antara bangunan atas dan dasar ekonomi rakyat.
Untuk merealisasi perkembangan berkelanjutan harus menempuh jalan pembangunan beradab. Dimana produksi berkembang, kehidupan makmur dan lingkungan terlindungi dengan baik. Membangun masyarakat hemat sumber daya dan ramah lingkungan, mewujudkan kesatuan antara kecepatan perkembangan dengan struktur, mutu dan efisiensi, keselarasan antara perkembangan ekonomi dengan kependudukan, sumber daya dan lingkungan, agar rakyat dapat berproduksi dan hidup dalam lingkungan ekologi yang baik, dalam rangka merealisasi perkembangan ekonomi dan sosial secara berkelanjutan bagi kejayaan Pidie Jaya kedepan.
Kamis, 31 Desember 2009
Pidie Jaya Belum Berjaya
Diposting oleh bahagia-ishak di 11.09 1 komentar
Katagori: Opini
Sejarah Filosofi Pemimpin Aceh
Oleh Bahagia Ishak
Janji hanjeut meu ubah
Amanah hanjeut meutuka
Harap bek binasa
Hadih maja Aceh di atas menyampaikan pesan kepada para pemimpin. Dimana janji hanjeut meu ubah berarti janji tidak boleh berubah, amanah hanjeut meutuka yang berarti amanah yang diberikan tidak boleh tertukar. Harap bek binasa berarti kepada pemimpin meminta kepada Allah SWT supaya jangan binasa. Hal ini telah dibuktikan oleh Sultan Iskandar Muda, dimana semua peraturan disosialisasikan dan dilaksanakan menurut aturan yang telah ditetapkan. Sehingga semua program pemerintahan berjalan dengan baik dalam membangun Kerajaan Aceh Darussalam.
Lahirnya pemimpin dari proses perubahan sosial global, sebagai proses perlawanan rekayasa eksploitasi kemanusian. Pola apa diterapkan Bupati terpilih membangun daerah pidie raya, apa berbasis kepada transformasi kesadaran kritis terhadap dehumunisasi dan sistem ketidak adilan dunia. Pemimpin tumbuh seperti butir salju, tiap negeri berbeda pemimpinnya. Pemimpin meninggalkan berbagai peninggalan yang akan menjadi saksi sejarah kepada anak cucunya. Penulis membuka wacana kepada pemimpin di Aceh sekarang, mulai dari Gubernur, Bupati, Camat, Mukim, Geusyik, Keujrun Blang, panglima uteun hingga ke panglima laot. Apa bisa ditinggalkan kepada anak cucu Aceh kedepan, apabila semua Sumber daya alam yang sekarang habis dikuras pada masa sekarang.
Kondisi Aceh sekarang masih seperti masa transisi pada Negeri terus dipimpin oleh pemimpin yang melayani rakyat. Tujuan dari kepemimpinan dalam akan menjadikan sebuah negeri makmur sentosa.
Diharapkan kepada kepemimpian di pidie harus mempunyai perilaku yang konsisten dengan nilai agama dan sosial. Kemampuan mengelola emosi ketika pada titik krisis (kekecewaan, kesakitan, penderitaan, kesenangan) baik secara psikhis dan fisik. Kemampuan mengambil alih dan resiko atau siap menjadi korban untuk melindungi kepentingan orang banyak.
Pemimpin harus berani dan mampu menentukan sikap dan tindakan yang jelas dalam kondisi darurat. Berani dan mampu menentukan posisi yang jelas di tengah situasi konflik. Berani dan mampu membuka dan memperjelas ketika dalam kondisi “ketidak jelasan”. Berani dan mampu menentukan kepastian dalam kondisi kebimbangan.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat segera menyelesaikan konflik. Untuk itu diperlukan yang berkemampuan menginfestigasikan sumber-sumber konflik, analisis konflik, berani menentukan sikap apakah akan dikelola atau diselesaikan, kemampuan membuat berbagai strategi, mengelola proses dan tahapan strategi yang dipilih, kemampuan mengembangkan dan melestarikan perdamaian. Hal satu ini sering dianggap sepele oleh banyak pemimpin, jarang ada orang memahami nilai-nilai lokal seperti kepercayaan spiritual setempat, norma dan pranata lokal, adat istiadat, agama, ras,suku dan kekerabatan.
Pidie raya di pimpin oleh dua orang Bupati mewakili dua buah kabupaten dalam wilayah pidie yang dari tahun ketahun belum mengalami pembangunan yang memadai. Bupati Mirza belum menampakan pembangunan yang berarti. Sering memberi komenter di Koran seputar acara seremonial dan pembukaan acara. Lain lagi kejadian di Kabupaten pemekaran dari Pidie yaitu kabupaten Pidie Jaya, yang berumur seumur jagung. Masih bayi dan memerlukan pembangunan dan orang-orang benar-benar mempunyai komitmen dan itegritas tinggi. Kalau tidak jangan harap ada pembangunan di Pidie Raya.
Karakter pemimpin tangguh sangat diharapkan oleh masyarakat, seperti ada kemampuan memotivasi, menggerakan, mempengaruhi, mengontrol, memberi kepastian “hukum” kepada komunitas atau orang yang dipimpin tampa ada lekatan : otoritas posisi, otoritas posisi dalam agama atau kultural, otoritas intelektual, otoritas kekuatan, dan otoritas material.
Pembangunan kabupaten hasil pemekaran di kereupuk mulieng sampai sekarang belum menunjukkan eksistensi pemerintah yang di pimpin Pjs. Bupati Salman Ishak yang ditunjuk oleh Guburner NAD Irwandi Yusuf pada tanggal beribukota Meureudu, sekitar 2 km dari jalan banda aceh medan, akan menjadi salah satu factor kurang gairahnya pembangunan. Setelah di lantik oleh Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, geliat pembangunan belum menunjukkan dan nampak ke publik. Dimana sampai sampai sekarang masih yang duduk di posisi
Pidie Jaya
Letak pusat kantor pidie jaya dianggap tidak stategis, seyogyanya membenah calon kota dan tata letaknya belum dilakukan. Blue print pembangunan pidie jaya harus benar-benar membangun pembangun yang berlandasan pembangun
Penulis mengigat diri sendiri waktu melakukan studi dulu, dimana orang tua berpesan kepada; ‘mulai dari telur kampong, ayam kampong, bebek, lembu, kerbau dan sepetak tanah peninggalan kakekmu itu dijual untuk biaya sekolah engkau diperguruan tinggi itu.
Bapak beberapa tahun lagi kan tua, atau kita tidak berjumpa lagi. Jadi apa yang ditinggalkan harus engkau jaga, dan engkau harus tahu diri engkau datang dari gampong dengan harapan bisa membangun negeri.
Teori Kepemimpinan
Dari akar kata pimpin, kita mengenal kata pimpinan dan kepemimpinan. Dalam eksiklopedia umum, halaman 549, kata kepemimpinan ditafsirkan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama. Hubungan itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusia seorang itu. Manusia atau orang yang biasanya disebut memimpin atau pemimpin, sedangkan kelompok manusia mengikutinya disebut sebagai yang dipimpin.
Dalam Webster’s New World Dictionary of the American Language, kata the ability to lead, dan kata leader mempuyai arti a person or thing that lead, directing, commanding, or guiding a group or activity, artinya kepemimpinan adalah kedudukan atau kemampuan seseorang untuk memimpin sedangkan pemimpin adalah seseorang secara langsung memimpin, membimbing suatu aktivitas kelompok masyarakat.
Dalam catatan sejarah, masalah kepemimpinan adalah masalah yang sudah tua umurnya.
Dari definisi-definisi tersebut di atas, tampak bahwa perumusan tentang kepemimpinan bertitik tolak pada tiga hal. Pertama; ada yang memberikan penekanan pada kepribadian, kemampuan dan kesanggupan pemimpin. Kedua; ada yang memberikan penekanan pada kegiatan, kedudukan dan perilaku pemimpin, ketiga; ada yang memberikan penekanan kepada proses interaksi antara pemimpin, bawahan dan situasi tertentu
Para pemimpin bangsa, bagiamana menginginkan seorang pemimpin kampus yang bisa membangkitkan gairah belajar dan kreativitas mahasiswa. Bukan hanya pandai mensosialisasikan program-program yang menarik dan maju, tapi bukti tidak ada. Keadaan mahasiswa tetap selalu ditekan tidak dapat berbuat apa-apa. Siapa saja pemimpin unsyiah kedepan bisa membawa perubahan dunia pendidikan, memajukan pemikiran rakyat Aceh. Apa ini dapat di buktikan oleh rektor baru Unsyiah!!! bahwa pembangunan bukan hanya ekonomi, tetapi harus menginteraksikan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Karena itu, kalau mau menilai suatu kegiatan, tidak boleh hanya dengan pertimbangan ekonomi.
Oleh karena itu, perlu ada intervensi pemerintah. Dan, untuk intervensi itu sudah ada landasan hukumnya, ada law enforcement. Kalau itu tidak berjalan, negara ini adalah soft state. Ya, tidak akan maju-maju negara ini.
adi, sekarang sudah harus mulai dibangun "mesin" pengganti, yaitu sumber daya alam terbarukan, seperti pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata, dan didukung sumber daya manusia.
Misalnya begini. Sebuah gedung akan dihitung penyusutannya oleh seorang manajer. Seandainya usia gedung itu 30 tahun, maka setiap tahun 1/30 dari nilai gedung itu disisihkan sebagai nilai penyusutan. Jadi, 30 tahun kemudian, ketika gedung itu tidak layak lagi dan dihancurkan, sudah ada dana penyusutan yang bisa digunakan untuk membangun gedung baru penggantinya. Ini sama dengan manusia yang bekerja sambil menyisihkan uang pensiun.
Dikatakan dalam artikel itu, perkembangan menyeluruh yang digariskan dalam konsep pembangunan ilmiah adalah mendorong secara menyeluruh pembangunan sosialis di bidang-bidang ekonomi, politik, kebudayaan dan sosial yang berciri khas Tiongkok dengan pembangunan ekonomi sebagai tugas sentral berdasarkan rencana induk usaha sosialis berciri khas Tiongkok. Sedang perkembangan yang seimbang adalah mempertimbangkan secara menyeluruh perkembangan kota dan desa, perkembangan antar daerah, perkembangan ekonomi dan sosial, perkembangan harmonis antara manusia dan alam, serta antara pembangunan di dalam negeri dan keterbukaan terhadap dunia luar, untuk mendorong keselarasan berbagai mata rantai dan bidang pembangunan modernisasi, mendorong keselarasan antara hubungan produksi dengan tenaga produktif, serta antara bangunan atas dan dasar ekonomi.
Untuk merealisasi perkembangan yang berkelanjutan harus menempuh jalan pembangunan beradab di mana produksi berkembang, kehidupan makmur dan lingkungan terlindungi dengan baik, membangun masyarakat hemat sumber daya dan ramah lingkungan, mewujudkan kesatuan antara kecepatan perkembangan dengan struktur, mutu dan efisiensi, keselarasan antara perkembangan ekonomi dengan kependudukan, sumber daya dan lingkungan, agar rakyat dapat berproduksi dan hidup dalam lingkungan ekologi yang baik, dalam rangka merealisasi perkembangan ekonomi dan sosial secara berkelanjutan.
Diposting oleh bahagia-ishak di 11.06 0 komentar
Katagori: Opini
Parté Lokal vs Nasional êkkaru?
Oleh Bahagia Ishak
Menyambung tulisan saya tentang parté lokal meunyakni that edisi Kamis (28/2) di Harian Aceh. Ada kawan, Syibah Asfa, berdiskusi di Solong, tentang perkembangan partai lokal dan Nasional di Aceh dan Indonesia. Syibah mengatakan mendapatkan replay email tulisan itu dari Otto Syamsuddin Ishak, katanya tulisan itu fenomena baru perkembangan politik Aceh saat ini.
Keberadaan partai lokal bukan sesuatu yang baru di Indonesia, setidaknya pada Pemilu tahun 1955 tercatat sedikitnya ada enam partai politik lokal yang berpartisipasi, yakni Partai Rakyat Desa (PRD), Partai Rakyat Indonesia Merdeka (PRIM), Partai Tani Indonesia, Gerakan Banteng, dan Partai Persatuan Daya.
Sangat menarik ada dari partai politik lokal tersebut dipercaya oleh rakyat Indonesia, dengan menjeblos salah satu parlok, terbukti pada saat itu mendapatkan kursi di parlemen nasional, yakni Partai Persatuan Daya.
Dalam ruang lingkup Aceh, hadirnya partai politik di Aceh, sangat berarti bagi Aceh, sehingga daerah lain ingin juga melahirkan partai lokal. Artinya partai lokal Aceh akan mendorong perkembangan partai politik lokal di banyak daerah di Indonesia. Jika ini terjadi, langkah strategis telah di ambil oleh pengambil kebijakan, bagi penguatan eksistensi daerah terhadap pusat, ujungnya akan makin membangun kaitan tali-temali politik berkesinambungan antara kepentingan politik pusat dan daerah.
Selama 32 tahun hanya 3 partai politik berkuasa di Indonesia, yaitu Golkar, PPP dan PDI. Ketiga partai ini mempunyai basis kekuatan yang kuat di daerah. Pasca reformasi, seiringin dengan hadirnya angin perubahan di Indonesia, menjadikan Negara Indonesia berubah dalam peta demokrasi, dengan hadirnya 48 partai politik. Sangat berbeda dengan peta politik tahun 2009 nanti, sudah ada 110 partai nasional menyatakan siap bertempur mempermainkan peran dalam percaturan politik Nasional.
Pemilu tahun 2004 lalu, ada banyak partai tumbuh menyumbul memperkeruh suasana politik. Khususnya di Aceh, tak kala pemilu tahun 2009 datang, rakyat Aceh merasa ada kesan kurang menarik dengan hadirnya partai baru di Aceh, adalah partai Nasional kelokal-lokalan, dan partai lokal menasional-nasionalkan.
Selanjutnya dengan hadirnya parté lokal, adanya trauma politik menghinggapi pemerintah, yang akan mengarah kepada upaya pergerakan tuntutan untuk merdeka, dan memisahkan diri dari NKRI. Trauma politik ini berimplikasi kepada kurang responnya pemerintah dalam melihat esensi dari pembangunan politik lokal, dengan mengedepankan mekanisme kontestasi bagi masyarakat.
Padahal sebaik apa pun system pemerintah seorang pemimpin bangsa, masa pemerintahannya diuji dengan sistem yang mampu membangun bangsa. Negara demokrasi hanya memberikan hak pilih kepada warga yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak memliki catatan criminal.
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting, misalnya pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemilihan umum tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian warga yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih).
Lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat, DPR yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.
Permasalahan sering timbul dalam sebuah lembaga, seperti parpol menghadapi masalah internal, di mana kuatnya relasi patron-klien dalam struktur kepartaian. Konstituen hanya untuk mobilisasi, bukan partisipasi. Massa hanya diperlukan ketika kampanye pemilu, setelah itu komunikasi terputus. Permasalahan kedua, faktor yang berkaitan dengan eksternal yaitu pada struktur pengaturan dan politik hukum yang mengatur sistem kepartaian maupun sistem pemilu. Adanya pengaturan azas, landasan, tujuan partai yang membingungkan.
Dari kesimpulan awal ini mengindikasikan, organisasi parpol yang bersifat nasional dan sistem hukum yang mengaturnya memiliki beberapa masalah. Tetapi, bila solusinya adalah memperkenankan parlok maka akan menambah masalah atau membuka peluang bagi muculnya alternatif saluran politik. Karenanya harus dipertimbangkan secara matang kehadiran parlok. Sistem partai sentralistik terkadang tidak mampu menjawab kebutuhan pada tingkat lokal, semua mesti menunggu keputusan pengurus di atasnya dan akhirnya tidak responsif.
Parlok juga dapat menjadi tantangan bagi partai nasional untuk memperbaiki diri, akan ada perang politik antara partai lokal dengan partai nasional, hal ini akan terjadi perebutan lahan suara kekuasaan dalam tataran hidup rakyat Aceh. Walaupun hegemoni politik bisa saja berpindah dari pusat ke daerah, tetapi setidaknya kontrol publik lebih mungkin dilakukan.
Sebagai sebuah konsep, gagasan tentang parlok setidaknya tidak dimatikan. Justru harus didorong dan bersamaan dengan itu aktor prodemokrasi menyiapkan diri, benar-benar mengakomodasi parlok. Maka, aktor prodemokrasi bisa menyiapkan atmosfir politik yang berbeda pada tiap lokal. Di antaranya, memberikan pendidikan politik bagi rakyat agar melek politik. Menjaga demokrasi untuk tidak kembali dibajak atau dibelokan oleh aktor dominan maupun oportunis yang terus berpetualang di berbagai partai.
Jika rakyat Aceh apatis terhadap partai, maka partai lokal dan partai nasional dinilai kurang mendapat dukungan dari masyarakat Aceh. Walaupun hari ini, kekuatan partai lokal tetap berpihak ke Partai Aceh. Kenapa penulis berani beragumen macam ini, melihat perkembangan dan kondisi rakyat Aceh yang ingin menuntut perubahan, sebab partai politik yang ada dulu, dinilai tidak membawa aspirasi rakyat Aceh.
Telah jadi anggota dewan, bukan mensejahterakan rakyat, akhirnya menuntut macam-macam, hingga memecahbelahkan Aceh. Jika dinilai dengan bijak, maka partai lokal dalam konteks Aceh menjadi salah satu alternatif pemecahan kebuntuan politik perihal pembangunan dan penguatan politik dan potensi lokal.
Akan tetapi bila ditilik dari tingkat partisipasi politik masyarakat Aceh, kurang terlibat aktif dan menjadi tidak menarik ikut pemilu. Maka akan terjadi fase demokrasi transisi lagi, dimana Parté lokal vs partai nasional êkkaru? Maka akan ada perang politik dingin, imbasnya partisipasi politik masyarakat kurang terlibat dalam sirkulasi dan regulasi politik, akibatnya lingkaran elit politik Parté lokal dan Partai Nasional mengambil kesempatan. Supaya rakyat Aceh memilih partainya dalam pemilu Aceh tahun 2009 ini.
Diposting oleh bahagia-ishak di 11.03 0 komentar
Katagori: Opini
PEUMAKMUE “Peukaru” Nanggroe
Oleh Bahagia Ishak
Terwujudnya perubahan yang fudemental di Aceh dalam segala sektor kehidupan rakyat akan menjadikan Aceh tumbuh menjadi negeri makmur, berkeadilan, dan adil dalam kemakmuran. Hal ini adalah cita-cita Irwandi Yusuf saat berkampaye empat bulan lalu dihadapan rakyat Aceh. Demi menyukseskan misinya, pemerintah Aceh yang dipimpinya mengambil satu sikap berani memakmurkan negeri dengan program Kredit Peumakmue Nanggroe.
Konsep ini telah pernah dipraktekkan pada masa Gubernur Syamsuddin Mahmud, dengan dana Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (PER)-nya. Namun apa yang dirasakan rakyat? Dana bantuan mengalir deras ke kantong orang tertentu, saudara dekat, teman dan familinya. Sebagian masyarakat merasakan lezatnya bantuan dan ada di lain pihak tidak pernah menikmatinya.
Program kredit Peumakmu Nanggroe yang diluncurkan Gubernur Irwandi Yusuf di Banda Aceh, Selala (8/05), melalui PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Aceh, yang alokasi dananya bersifat tak terbatas diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi penyediaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan di Aceh.
Jika kredit ini juga bernasib sama dengan dana PER, siapa yang bertanggung jawab? Diperkirakan seluruh lapisan masyarakat yang memiliki jiwa usaha dan wiraswasta akan mengurusnya. Ribuan proposal menumpuk di kantor BPD pusat dan cabang. Bagaimana cara penyeleksian atas semua proposal yang masuk. Apa semua kriteria harus dipenuhi oleh para calon penerima kredit nanggroe untuk mendapatkan Peng Nanggroe. Berapa persen tingkat error-nya, artinya dalam penyaluran kredit tidak tepat sasaran. Timbul lagi pertanyaan, berapa persen diberikan kepada orang yang mengurusnya?
Jawaban dari semua pertanyaan itu, beberapa bulan kedepan akan ada jawabannya. Masyarakat melihat, siapa-siapa penerima dana Nanggroe itu. Walaupun rakyat harus menanggung bunga sebesar 5 persen dari total kredit yang diterima. Katanya bunga itu untuk menutupi biaya operasional bank. Besar kredit yang diterima minimal 5 juta, dan tergantung dari jenis usaha. Dengan uang sebesar itu tidak bisa menjamin kemakmuran rakyat miskin? Usaha apa yang cocok diusahakan nanti setelah mendapatkan dana? Apa ada perjanjian hukum sebagai pengikat yang membatasi kedua belah pihak? Apabila nanti rakyat tidak sanggup melunasinya, apa rakyat masuk penjara?
Bagaimana nanti jika proposal-proposal yang telah diusulkan itu ditolak. Langkah apa yang ditempuh rakyat jelata untuk mendapatkan hak-haknya? Kepada siapa mereka mengadu, dimana mereka butuh modal usaha, dan belum memilihi usaha sebesar Rp 25 juta. Kehidupan meraka susah, ekonominya lemah, hartanya sedikti, pendapatannya tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup dirinya. Lantas bagaimana kebijakan pemerintah terhadap golongan ini, yang tidak memenuhi kriteria sebagai calon penerima dana Nanggroe.
Realita dan nyata, bagai api dalam sekam, gelombang sakit hati dari kaum miskin akan muncul kepermukaan, meletus dan sangat berbahaya. Jangan sampai ’peukaru’ nanggroe timbul karena pembagian Peng Nanggroe ini. Sudah tahu, rakyat miskin belum memiliki kekayaan bersih Rp. 25 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan belum memiliki hasil penjualan rata-rata paling banyak Rp. 100 juta per tahun dari usaha yang gelutinya. Mana mungkin mendapatkan modal usaha Peumakmue Nanggroe.
Jadi sasaran dari proyek ini adalah para pengusaha kecil dan kaum ekonomi lemah, maka telah beralih haluan ke kalangan pengusaha yang memiliki kekayaan. Ya, rakyat miskin tidak bisa memancing uang karena tidak punya umpan uang, sekarang yang terjadi uang harus dipancing dengan uang. Orang kaya dengan gampang mengembangkan usahanya lebih besar lagi dengan mendapatkan suntikan kredit ini.
Hai Pak Irwandi, tolong penuhi janjinmu dengan menuntaskan pengangguran dan kemiskinan di Aceh, beri kemudahan kepada rakyat jelata berkembang dengan model usaha perorangan dan kelompok usaha untuk mencapai kemandirian.
Begitu banyak persoalan yang dihadapi kaum miskin, mulai dari persoalan terbatasnya akses ke berbagai lembanga keuangan. Hal ini terjadi karena kebijakan peraturan yang dibuat belum memihak bagi rakyat kecil.
Analisa Ekonomi
Kelayakan pemberian Kredit Pemakmue Nanggroe harus mempertimbangkan faktor ekonomis, apakah mengguntungkan atau tidak. Jumlah uang yang beredar dimasyarakat tidak terbatas, hal tersebut perlu dilakukan perhitungan atau analisa ekonomi terhadap dampak yang timbul di masa depan. Apakah Bank BPD Aceh memperhatikan faktor laju pengembalian modal dari krediturnya. Artinya dalam jangka waktu tertentu semua uang yang telah dikeluarkan wajib dikembalikan ke Debitur. Perlu diperhatikan juga berapa limit waktu yang dibutuhkan rakyat melunasi kreditnya.
Jika ada kreditur berhasil mengelola bantuan dengan mendapatkan keuntungan. Apa laba itu harus dibagikan dengan Bank BPD, dimana laba adalah hasil yang diperoleh dari total penjualan dikurangi total ongkos produksi. Laba yang diperoleh sebelum dikurangi pajak penghasilan disebut laba kotor, sedangkan laba yang diperoleh setelah dikurangi pajak penghasilan disebut dengan laba bersih.
Diperkiraan banyak peminjam tidak berhasil dalam mengelola uang, maka uang tidak berputar dan menderita kerugian. sehingga belum bisa melunasi tagihannya, maka kebijakan apa yang diambil oleh Debitur terhadap peminjam, saat semua uang telah habis digunakan, belum juga mendapatkan keuntungan.
Berapa lama waktu diberikan untuk melunasi Peng Nanggroe tersebut? Dimana Pay out time diperlukan untuk mengembalikan modal yang dipinjamkan untuk mendirikan usaha para kreditur. Biasanya Pay out time untuk usaha berkisar 2 sampai 5 tahun. Jangka waktu yang lama ini pun belum tentu usaha yang didirikan berhasil dan berkembang.
Pertumbuhan Ekonomi
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, pertumbuhan ekonomi Aceh tahun 2006 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto meningkat sebesar 2,40 persen terhadap tahun 2005. Hampir semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif, kecuali sektor pertambangan penggalian dan sektor industri pengolahan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor bangunan 48,41 persen dan terendah di sektor industri pengolahan -10,49 persen.
Pertumbuhan perekonomian menjadi tolak ukur bagi kemakmuran rakyat. Salah satu indikator penting untuk menganalisa pembangunan ekonomi yang terjadi adalah diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Aceh hanya berpusat di salah satu sektor usaha, yaitu sektor pembangunan. Jadi, rakyat miskin belum terangkat derajatnya dari gubuk derita. Tetap hidup dalam belenggu kemiskinan.
Menumbuhkan perekonomian Aceh perlu ada program pembangunan kembali ekonomi dengan meletakkan pondasi yang kuat terhadap pembangunan ekonomi. Pemulihan perekonomian dapat dilakukan dengan membuka peluang investasi bagi investor untuk menanam modal di Aceh.
Harapan Rakyat
Permohonan kredit yang diajukan rakyat harus mendapat perhatian serius dari Bank BPD Aceh. Walaupun proposal itu hanya terdiri dari lembaran yang bertuliskan program usaha rakyat miskin. Jangan ada lagi ketidakpuasan rakyat, kabulkan permintaan rakyat kecil ini.
Harapan rakyat, jangan ada lagi dusta diantara kita, pencairan dana di lapangan harus tepat sasaran. Perlu diingat, dalam pengurusannya jangan terlalu berbelit-belit dengan bermacam persyaratan yang dibuat. Mudahkan proses administrasi, rakyat mengharapkan bantuan kredit ini betul-betul diberikan kepada yang berhak. Supaya pertumbuhan perekonomian Aceh meningkat, saat itulah Negeri Aceh dapat berjaya kembali. Smoga!
Diposting oleh bahagia-ishak di 11.00 0 komentar
Katagori: Opini
Kebahagiaan
Semua manusia tanpa terkecuali menginginkan kebahagiaan dalam hidup, kebahagiaan itu dicari dengan cara yang berbeda-beda. Banyak Orang bersusah payah mencari kebahagiaan, tapi tak menemukan juga, meski ia memiliki banyak hal dalam hidupnya, seperti kaya raya hingga jadi penguasa negeri. Mengapa kebahagian tidak juga terjadi? Kenapa? Jawabanya karena mereka tidak bisa memaknai apa itu kebahagiaan. Jika anda termasuk orang seperti itu, maka cara pertama yang mesti dilakukan ialah mengubah mainset berpikir anda tentang kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah makna, kesan, atau dalam bahasa komunikasi disebut sensasi, yaitu sesuatu yang kita persepsi seperti baik-buruk, indah-tidak indah, bagus-jelek. Makna bukan kita terima dari orang lain, melainkan kita ciptakan sendiri. Maka, jika orang bisa memaknai sesuatu dalam hidup dengan benar, maka ia akan bahagia.
Kebahagiaan seperti halnya kesan-kesan yang lain, terdapat dalam diri kita sebagai subjek, bukan di luar diri kita. Alunan tersebut, sebab itu tidak berlaku bagi orang yang buta, ataupun kondisi jiwanya terganggu. Begitu juga musik, bukan berada pada alat musik, ataupun suara penyanyi, melainkan ada pada telinga dan jiwa kita, buktinya, keindahan pemandangan bukan berada pada alam, tetapi pada jiwa dan fisik kita yang mengkonsepsi pemandangan. Merdunya irama, jadi sangat mengganggu bagi mereka yang sakit gigi, atau sedang marah.
Adakalanya seseorang senang mengatur orang lain, masuk dalam kehidupan orang. Perbuatan itu dilakukan berlandasan kebiasaan, suka mengatur hidup orang, sedangkan kehidupan dirinya tidak dihiraukan. Begitu juga, banyak lelaki senang dengan menghitung-hitung jumlah Inong-nya, sebaliknya banyak perempuan suka mengkoleksi Lakoe dari lelaki berduit. Bermacam cara manusia mencari kebahagiaan mengisi hari-hari dalam hidupnya.
Seperti kata kawanku, “Kau tak usah merasa heran. Hati dan lidah itu, dapat menjadi sesuatu yang paling baik, sebagaimana juga bisa menjadi sesuatu yang paling buruk. Karena apabila hati dan lidah itu baik, maka segala seuatu akan menjadi baik. Sedangkan kalau hati dan lidah itu buruk, maka segala sesuatu akan menjadi buruk”, demikian katanya.
Hati yang bersih dan lidah yang terjaga dari kata-kata yang buruk, akan membawa keselamatan dan kebahagian bagi diri seseorang, serta akan memberi pengaruh bagi orang lain lain. Tetapi hati yang jahat dan lidah yang tidak terpilihara dari kata-kata buruk akan mengakibatkan kecelakaan bagi diri seseorang juga bagi orang lain. Bila hati seseorang memancarkan kebaikan, maka akan menjadi baiklah dalam kehidupannya, karena akan luas pergaulannya. Sebaliknya, bila hati seseorang menggambarkan keburukan, maka hidupnya akan mengalami kesukaran, dan ia akan jauh dari pergaulan masyarakat baik. Namun, jika seseorang mengucapkan dengan kata-kata yang sopan dan baik, banyak orang yang menyukainya. Sebaliknya, jika dia berbicara kotor dan jahat, ia akan dibenci orang.
Mengingat kebaikan akan mendatangkan kebahagiaan. Dimana kebahagiaan adalah faktor internal dalam diri kita, maka mencarinya harus dengan mengkondisikan, meng-sugesti diri kita agar bahagia. Ketika biasanya anda merasa malas dan mengeluh jika harus berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh, tanamkan dalam diri anda, bahwa saya sedang bahagia, karena bisa melihat banyak ekspresi orang, bisa menyapa tetangga, dan anda menuju sehat dengan berolahraga. Sekali lagi katakan pada diri sendiri saya sedang berbahagia. Jika hati anda tidak menerima keadaan maka tidur anda akan terganggu, tetapi para pegawai pabrik, atau petugas stasion kereta, mereka bisa tidur dengan nyenyak di tengah gemuruhnya suara mesin, itu semua karena mereka tidak menganggap suara apapun sebagai masalah.
Manusia kadang tidak bisa membedakan antara kesenangan dan kebahagiaan, juga antara musibah dan penderitaan. Kesenangan adalah faktor di luar diri, sementara kebahagiaan adalah ada dalam diri kita, begitu juga musibah adalah faktor di luar diri kita, sedangkan penderitaan ada dalam diri kita. Ketika anda mendapat kesenangan, itu belum tentu membuat anda bahagia, kecuali jika kita mengkondisikan diri kita untuk bahagia, sebab bisa jadi kesenangan berbuah penderitaan. Musibah belum tentu membuat orang menderita, kecuali ia mengkondisikan dirinya untuk menderita, sebab bisa jadi musibah berbuah kebahagiaan jika orang pandai mengambil hikmah.
Kesimpulannya, bahwa kesenangan tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan, juga musibah tidak berbanding lurus dengan penderitaan. Kita sendirilah yang membuat diri kita menderita atau bahagia. Semoga semua pembaca mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.[Bahagia Ishak]
Diposting oleh bahagia-ishak di 10.56 0 komentar
Katagori: Plah Crah
Pukiék Judo
Beberapa hari yang lalu terbaca sms di kolom sms pembaca di harian tercinta ini, bahwa ada seorang wanita begitu berharap datangnya seorang Samlakoe disisinya. Meratapi kondisi diri dengan penantian tidak ada ujung, padahal sudah sewajarnya seorang wanita mendapat perlindungan dan kasih sayang dari Lakoe-nya. Merindukan kedatangan seorang suami disisinya adalah pengakuan seorang perempuan Aceh yang mulai membuka diri.
Isi sms itu pada intinya siap dan mau dipoligami, mau menjadi Sambinoe kedua, ketiga dan inoeng kempat. Apa Cut tersenyum dalam hati, benar juga tu. Laki-laki yang telah diberikan kemudahan harta benda, boleh kawin dengan 4 orang perempuan. Apa Cut mengajak kepada Saudagar Aceh mau meminang perempuan dengan memberi rasa kenikmatan hangat berumah tangga, boleh mengawini 4 orang wanita. Ampon, yoe kesempatan ka dibuka pinto bagi tanyoe kawin lagi.
Disini kita lihat aja, mana suara jender, pembela kaumnya dengan penyetaraan. Kalau pejuang Jender tiada yang bersuara, jadi kita sudah siap berpoligami. Coba Tanya dulu ma orang rumah, apa mau menerima kalau berpoligami. Laki-laki, ada tiga orang perempuan lagi menanti untuk dikawinin. Hai Ampon, cepat hubungi nomor yang sms itu, sapa tau dia jodoh yang kedua bagi engkau. Tak mau ah, nanti marah orang rumah, timpal lagi Ampon.
Apa Cut, lihatlah perkembangan dan situasi Nanggroe Aceh saat yoe. Ka lee ureung inong gen ureung agam. Populasi perempuan melebihi laki-laki, ya sudah nasib bagi kaum hawa, maka jieh bak ureung inong bek meuhai-meuhai that jeulame, watee dijak lakee oleh ureng agam.
Teriak Apa Cut, ka lon lakee zameun tapi han di tem, makanya dia ketinggalan kereta. Sekarang dirimu sudah tua, siapa yang mau lagi. Ingat wahai perempuan, diri engkau itu cepat tua, udah tau cepat tua belagak mahal lagi. Siapa yang mau, timpal Ampon membalas Apa Cut.
Perang argumen Apa Cut dengan Ampon terus berlalu dengan menceritakan perjalanan kisah cinta bersama pacar pertamanya masing-masing. Apa mereka menunggu seorang pangeran jatuh dari langit, coloteh Apa Cut. Jangan berharaplah dengan kondisi macam itu. Tak perlu repot-repot, sabar dulu bagi inoeng yang belum na Lakoe. Apa Cut ingin juga melamar dirimu, simpul Ampon. Tapi sekarang harga emas mendekati satu juta. Tak mungkin kita kawin lagi, barang pada mahal semua.
Rupanya pembicaraan Apa Cut dengan Ampon dikuping oleh Ade. Seorang gadis cantik yang ingin sekali menjadi Sambinoe dengan Samlakoe dari golongan orang kaya raya. Telah lama ditunggu, sampai hari impian itu tidak datang juga. Macam dalam film-film dalam layar lebar. Ah, engkau wahai Ade ada-ada saja, bukannya menerima apa adanya datang melamarmu. Setahun lagi dirimu sudah tua tu. Cepat Pukiek Judo dari pemuda yang engkau cintai. Jangan bermodalkan harta, harta itu bisa kalian cari, tapi cinta itu susah dicari.
Kata-kata Pukiék judo atau yang bahasa kerennya mencari sendiri calon pendamping hidup itu keluar begitu saja dari Apa Cut, mengakhiri pembicaan hangat dengan Ampon. Ade pun tersenyum malu, Apa Cut menawarkan diri melamar Ade, menjadikan Ade Istri ke dua. Ade pun pergi meninggalkan mereka dengan kecewa, mereka itu udah tua, masak melamar kami yang gadis-gadis ini. Jangan-jangan mereka itu telah puber ketiga, teriak Ade dalam hati.[Bahagia Ishak]
Diposting oleh bahagia-ishak di 10.55 0 komentar
Katagori: Plah Crah
Siswa Hana Sikula Jak Kawe Being
Laporan Bahagia Ishak [Publikasi Majalah Tuho]
Siswa sekolah dasar belajar di kantor Geusyik, tidak ada meja dan bangku. Duduk menulis dan membaca di lantai. Dibangun dari dana kutipan pajak gampong. Bagi yang menjual dan mengeluarkan kekayaan alam gampong ke luar kampung diminta membayar pajak digunakan untuk kebutuhan umum.
Banyak sumber daya alam di Gampong ini, seperti kandungan besi di gunung Cumok, batu gunung, kayu, pasir, nilam, sayur-sayuran. Di jual ke luar, penjual membayar distribusi sedikit uang bagi kepentingan gampong, ucap Zainuddin, Geusyik Lapeng Pulo Aceh, Aceh Besar, Sabtu (19/7).
“Kami sangat membutuhkan fasilitas umum yang belum ada, seperti rumah sekolah, pukesmas pembantu, tanggul, dermaga, bale nelayan,” ucapnya kepada Tuho saat berkunjung ke gampongnya.
Ada anak muda di sini tidak bisa baca tulis, gampong kami tidak tersentuh oleh pembangunan sumber daya manusia. Terpencil dan masih terisolir, kehidupan malam warga gelap gulita. Jika sakit mendadak, tidak ada perawat dan pukesmas pembantu yang siap membantu kesehatan warga. “Sering warga sakit, hanya berharap pada Allah supaya dipanjangkan umurnya”, ucap Zainuddin.
Dana itu akan digunakan untuk kebutuhan pendidikan anak-anak, dengan membeli baju, buku, alat tulis dan tas oleh masyarakat. Tahun 2005-2006 lalu ada bantuan sekolah dari JKMA Aceh mendirikan sekolah bagi anak-anak di sini. Sekolah darurat yang dibangun JKMA tidak berfungsi lagi. Sekarang inisiatif warga menyekolahkan anak-anaknya dengan memakai ruang kantor gampong. “Program JKMA itu hanya berlangsung selama setahun,” tambah Zainuddin.
Waktu kami minta dua lokal sekolah dasar pada Camat, dia mengangguk akan membangun. Berapa lama kami tunggu, tidak kunjung juga dibangun gedung sekolah.
Hal senada juga dikatakan oleh Zakaria, gampong kami tidak ada dalam kamus dan peta. Saya berasal dari Pasi Lhong, sekitar 64 tahun lalu kawin dengan warga Lapeng. Setelah tsunami penduduk tinggal 130 jiwa, banyak pindah ke jantho mengungsi. Warga tidak mau pulang lagi, disana mereka menyekolahkan anak-anaknya, karena disini tidak ada rumah sekolah. Lapeng menjadi sangat terpencil ucapnya.
Seperti hari-hari yang sering dilalui saat bulan puasa, semua gampong melaksanakan shalat taraweh, disini tidak ada taraweh, karena tidak Imam taraweh. Tolong dicari Ustad dan Teungku untuk menjadi Imam taraweh bulan puasa tahun ini pesannya. “Tidak ada orang yang berpendidikan di sini,” ucap Zakaria, Ketua Tuha Peut gampong Lapeng dengan sangat berharap.
Lain lagi cerita Fadilla, ibu guru yang menjadi relawan mengajar anak-anak seusia SD di gampong Lapeng mengatakan, ada 18 orang siswa lagi belajar di Kantor Geusyik.
Dibayar gaji bulanannya oleh masyarakat sebesar Rp700 ribu/bulan. Tidak ada orang yang melihat nasib pendidikan anak gampong, pejabat sibuk mempertahankan dan menumpuk kekayaannya. Disini anak-anak umur sekolah tidak bersekolah lagi, mereka jak kawe being (mencari kepiting) ucap ibu muda ini.
“Saya mengajar di sini sendiri, kasihan melihat pendidikan anak-anak Lapeng, tidak seperti anak-anak di Aceh”, ungkap Fadilla.
Ibu guru tamatan SMA ini, berasal dari Aceh Selatan bekerja menjadi relawan atas dasar kesedihan melihat pendidikan anak-anak gampong yang tidak mendapatkan pendidikan dari Negara.
Fadilla menambahkan, seandainya ada rumah sekolah di kampung terpencil ini, ada sekitar 40-an orang siswa.
Sementara itu Drs. Sulaimi, camat Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar mengatakan benar di Lapeng belum rumah sekolah. Saat ditanya gampong belum masuk listrik. Sulaimi menjawab ada empat wilayah di Pulo tidak ada PLN negara, yaitu Deudap, Alue Raya, Lapeng dan Meulingge, ucap Sulaimi, Minggu (10/8) di sekretariatan Pulo Aceh, Punge Banda Aceh.
Sulaimi mencontohkan seperti pembangunan rumah sekolah di Deudap. Ada enam belas ruangan, delapan belas orang murid dan delapan orang guru pengajar. Guru dengan murid lebih banyak gurunya. Satu hal lagi banyak guru menetap di Banda Aceh, karena pemerintah tidak memperhatikan nasib mereka. Pulang pergi mengajar ke Pulo, membutuhkan dua kali lipat biaya, ucap Drs. Sulaimi.
Pulo Aceh dikelilingi oleh laut, dua jam perjalanan dari Banda Aceh. Sebanyak 17 gampong, dibagi tiga kemukiman yaitu mukim pulo nasi, mukim pulo breah utara dan mukim pulo breah selatan. Saat ini jumlah penduduknya sekitar 5.600 jiwa. Bermukim di dua pulau yaitu pulau nasi dan pulau breah, kata Sulaimi.[]
Diposting oleh bahagia-ishak di 10.04 0 komentar
Katagori: Analisis
Pemilu Melestarikan Perdamaian Aceh
Publikasi Majalah Nanggroe
Masih muda serta berwibawa terlihat dari mukanya yang putih berseri. Memancarkan kedewasaan, terbukti telah banyak pengalaman memimpin berbagai organisasi, mulai dari organisasi kampus hingga ke organisasi kepemudaaan. Karir organisasi dimulai saat menjadi Ketua Osis SMA 1 Meureudu tahun 1993 lalu. Namanya terus bersinar mengapai cita-cita begitu besar terparti dalam jiwanya.
Itulah dia, Yusra Jamali, S.Ag, M.Pd, anggota Panwaslu Aceh, lahir 32 tahun lalu di Beuracan, Meureudu. Saat ditemui dikediamannya Jln. Lingkar Kampus No. 5 Darussalam Aceh Besar.
Ketua MPM Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry tahun 1998 lalu bercerita, bahwa sampai hari ini belum menerima SK dari Banwaslu. Walau sudah ditetapkan sebagai anggota Panwaslu Aceh 9 Juni 2008 lalu oleh Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), anggota Panwaslu belum juga dilantik. “Kami belum punya wewenang penuh untuk melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap tahapan Pemilu yang dilakukan KIP Aceh,” katanya.
Suami Helma Sari, A.Md ini berharap, jika sampai bulan ini belum juga dilantik, maka jika ada pelanggaran pemilu tidak ada yang memantau. Seperti pelaksanaan Pilkada Pidie Jaya dan Subussalam dua bulan kedepan, ucapnya.
Ia bersama kawan-kawan Panwaslu lainnya mempertanyakan kepada Banwaslu, kenapa saya dan Nyak Arief Fadillah Syah, S.Ag, Rasyidin Hamin, SE, MM, M.Kes, Radhiana, SE, MM, dan Asqalani, S.TH belum juga dilantik.
Nama-nama kami telah disahkan melalui sidang paripurna khusus dengan agenda Pengesahan Anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) tanggal 9 Juni 2008 lalu, ucap ayah Vira Asfarina Yusra dengan tegas.
Pria aktif berorganisasi ini telah banyak jabatan sosial disandangnya, terakhir dipercaya sebagai Ketua Umum PW. HIMMAH Aceh dan Ketua Asosiasi Wartawan Muslim Indonesia, juga aktif menulis di media massa ini memulai hari-harinya dengan optimis, dan dapat mengawal pemilu Aceh hingga melahirkan seorang pemimpin benar-benar dipilih oleh rakyat Aceh harapnya.
Yusra masih risau dengan belum ada kejelasan kapan pelantikan Pengawas Pemilu (Panwaslu) Aceh dilaksanakan. Padahal belum dilantiknya Panwaslu, membuat tahapan pelaksanaan pemilu di Aceh melanggar aturan, dimana ada parpol dan para calon mengkampayekan dirinya ke berbagai kalangan dalam masyarakat. Seperti menempel atribut partai pada rumah ibadah; masjid, meunasah, kantor pemerintah dan rumah sekolah serta di kampus. Inikan tugas Panwaslu Aceh memantau sepak terjang mereka. Kita tidak bisa bekerja karena terganjal surat dari Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) Pusat tegasnya.
Perlu belajar sejarah dan melestarikan sejarah Aceh, kehadiran partai lokal sebagai salah satu wahana penyaluran aspirasi bagi masyarakat Aceh untuk berhimpun dan bersyarikat dalam koridor hukum yang berlaku di RI, parlok adalah sejarah baru bagi Aceh.
Kesempatan yang diberikan oleh pemerintah adanya parlok di Aceh, merupakan peluang untuk menggali potensi lokal, situasi ini harus dimanfaatkan oleh partai lokal merebut suara rakyat Aceh dalam pemilu 2009 mendatang.
Bagi masyarakat, kedamaian dan pelestarian kemajemukan dalam berpolitik bagi Aceh menjadi hal yang istimewa dan sejarah dalam percaturan politik di nusantara. Siapapun yang sudah berkempatan membentuk parlok, diminta untuk selalu berfikir positif dan berjuang bagi kemeslahatan Aceh kedepan harapnya.
Wakil Sekretaris Jenderal PP. Koniry ini juga menyatakan banyak pihak menaruh harapan kepada parlok dan parnas untuk mempertahankan serta melestaraikan perdamaian di bumi Serambi Mekkah.
Setiap anak bangsa, mendapatkan porsi sama melibatkan diri dalam kancah politik, namum jangan lupa kita semua berangkat dari konflik dan keterputus asaan. Jadi, jangan lagi merasut benang basah di antara kita, kembali kepada amanah umat ucapnya lagi.
Memiliki motto hidup kerja keras dan pantang menyerah dan siap melawan bagi siapapun yang melanggar peraturan ini terus berusaha menjalankan tugasnya memantau jalannya tahapan pelaksanaan pemilu di Aceh.
Saat ditanya tentang proses pengawalan Pilkada di Pidie Jaya dan Subussalam, dua daerah pemekaran. Yusra dengan tegas menjawab belum bisa bekerja, “Kami ketahui kedua daerah itu sudah ada kampaye terselubung dari calon Bupati dan Walikota,” ucapnya.
Yusra mengingatkan dengan hadirnya partai lokal, jangan ada trauma politik menghinggapi pemerintah. Jangan adalagi upaya pergerakan tuntutan macam-macam, mari kita jalankan amanah ini dengan baik. Trauma politik ini akan berimplikasi kepada kurang responnya pemerintah dalam melihat esensi dari pembangunan politik lokal, padahal dengan adanya parlok akan menggali potensi bagi masyarakat Aceh.
Saat pemilihan umum legislatif nanti, banyak keputusan atau hasil-hasil penting, misalnya pemilihan umum tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian warga yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara berhak untuk memilih.
Anggota Komisi Independen Pemilihan (KIP) Provinsi Aceh tahun 2006-2008 lalu juga pernah mendapatkan penghargaan atas peran serta dalam menyukseskan Pemilihan Langsung Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota se-Provinsi Aceh pada tahun 2006 lalu dari Unition National Deveploment Programe (UNDP) dan Gubernur Aceh.
Permasalahan sering timbul dalam sebuah lembaga, seperti parpol menghadapi masalah internal, di mana kuatnya relasi patron-klien dalam struktur kepartaian. Konstituen hanya untuk mobilisasi, bukan partisipasi. Massa hanya diperlukan ketika kampanye pemilu, setelah itu komunikasi terputus. Permasalahan kedua, faktor yang berkaitan dengan eksternal yaitu pada struktur pengaturan dan politik hukum yang mengatur sistem kepartaian maupun sistem pemilu. Adanya pengaturan azas, landasan, tujuan partai yang membingungkan ucapnya.
Tetapi, bila parlok akan menambah masalah atau membuka peluang bagi muculnya alternatif saluran politik. Sistem partai terkadang tidak mampu menjawab kebutuhan pada tingkat lokal, semua mesti menunggu keputusan pengurus di atasnya dan akhirnya tidak responsif terhadap perkembangan dalam masyarakat Aceh.
Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh menganalisa bahwa parlok dapat menjadi tantangan bagi partai nasional. Dimana partai nasional harus memperbaiki diri dan benar-benar memperjuangkan aspirasi rakyat.
Alumni Master Manajemen Pendidikan Unsyiah ini juga berani mengatakan akan ada perang politik antara partai lokal dengan partai nasional nanti, dimana akan terjadi perebutan lahan suara dan berlomba-lomba mendapatkan hati rakyat Aceh dengan berbagai macam cara. Inilah tugas Panwaslu mengontrol cara kerja meraka dilapangan, ucapnya dengan tegas. [Bahagia Ishak]
Diposting oleh bahagia-ishak di 10.02 0 komentar
Katagori: Profil Tokoh
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
Publikasi Tabloid DETaK Unsyiah
Terlihat rapi, jalannya santai, tangan sebelah kanan membawa map dan beberapa buah buku. Baru saja keluar dari mobil Kijang berwarna merah, menaiki tangga Jurusan Teknik Kimia menuju ke ruangannya di lantai II beralamat di Jln Tgk Syech Abdulrauf No 7 Darussalam Banda Aceh.
Mulai tahun 2004 lalu sampai sekarang memimpin Jurusan Teknik Kimia sebagai ketua Jurusan. Kesibukan luar biasanya dilaluinya. Melanjutkan amanah Ir. Faisal, M.Sc, Ketua Jurusan Teknik Kimia dan Dr. Balia Ahmad, Sekretaris Jurusan pada waktu itu. Keduanya meninggal dunia karena gempa bumi dan tsunami tanggal 24 Desember 2004 lalu.
Pada tanggal 20 April 2004, Ir. Faisal, M.Sc, dibantu oleh staf pengajar Teknik Kimia lainnya, telah sukses mengantarkan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Unsyiah mendapatkan Sertifikasi Akreditasi Peringkat A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi sampai dengan 20 April 2009 mendatang.
Kesibukannya semakin padat, tiap hari Sabtu dan Minggu pergi mengikuti berbagai rapat di Jakarta. Maklum, mulai tahun 2006 lalu sampai sekarang dipercaya sebagai anggota Majelis Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
“Akreditasi perguruan tinggi merupakan cermin kinerja perguruan tinggi yang bersangkutan. Menggambarkan mutu, efisiensi, serta relevansi program studi yang diselenggarakan,” ucap Dr. Marwan disela-sela keberangkatannya ke Australia, Kamis (24/7).
Pelaksanaan akreditasi terhadap PTS yang bersangkutan dilakukan dengan berpedoman pada standard dan kriteria dari BAN-PT ucap Dr Marwan. Ada dua model akreditasi dikembangkan oleh BAN-PT, yaitu akreditasi program studi dan akreditasi institusi perguruan tinggi. BAP-PT menilai akreditasi program studi dan akreditasi institusi perguruan tinggi dengan melihat mulai dari Visi dan Misi, Tata Pamong dan Kepemimpinan, Kemahasiswaan dan Lulusan, Sumber Daya Manusia, Pembelajaran, Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerjasama, Pendanaan, Sarana dan Prasarana, Sistim Informasi, dan Sistim Penjaminan Mutu, ucapnya.
Menurut Permen Diknas No. 28 Tahun 2005 status akreditasi program studi dan satuan pendidikan hanya diberikan oleh BAN-PT dan menurut ketentuan Dirjen Dikti, tidak ada lagi istilah status terdaftar, diakui dan disamakan, yang ada hanya ijin operasional yang harus diperpanjang melalui sistim pelaporan yang dikenal EPSBED, yang berlaku sejak 1 Oktober 2007 menurut Surat Direktur Akademik Ditjen DIKTI No. 2254/D2.5/2007. Hal ini berlaku untuk semua program studi baik di PTN maupun PTS. Akreditasi dan ijin operasional adalah dua hal yang berbeda: ijin operasional menyangkut aspek legal beroperasinya suatu program studi, dan akreditasi adalah penilaian mutu penyelenggaraan program studi.
Oleh karena itu, saya menyarankan agar masyarakat sekarang berhati-hati dalam menyekolahkan putra-putrinya di pendidikan tinggi. Iklan di berbagai media massa tentang perguruan tinggi atau program studi sering menyesatkan. Banyak yang masih mencantumkan statusnya terdaftar atau diakui padahal istilah ini tidak berlaku lagi, bahkan sering juga mencantumkan ijin operasional yang sudah kadaluwarsa. Saat ini berbagai instansi seperti Kepolisian, perbankan, departemen dan sejumlah BUMN telah mensyaratkan calon pegawainya berasal dari program studi terakreditasi. Proses pengurusan akreditasi sebenarnya sangat mudah. Program studi hanya perlu mempersiapkan dokumen usulan akreditasi dan dikirim ke BAN PT tanpa perlu membayar karena semuanya ditanggung pemerintah.
Berbeda dengan di negara-negara lain dimana pengurusan akreditasi dipungut biaya yang tinggi dari pengusul.
Dosen paling aktif diantara sekian banyak dosen dimiliki oleh Fakultas Teknik ini paling sering pulang pergi ke luar negeri, mengikuti berbagai kegiatan tingkat internasional. Seperti tahun 2006 lalu, melalui Bandara Polonia Medan Bapak ini akan berangkat ke Negara Taiwan berjumpa penulis saat meninggalkan Indonesia tujuan ke Negara Thailand.
Setiap berjumpa dengan mahasiswanya menanyakan tentang kuliahnya. Memberi dukungan moril kepada semua mahasiswa bimbingannya. Kepedulian sangat besar dalam membimbing Tugas Akhir mahasiswanya. Pertanyaan itu keluar begitu saja dari seorang Dr. Marwan. Dia sayang pada semua mahasiswa. Begitu padat kesibukannya diluar, tetap ada waktu mengajar dan mengabdi mencerdaskan anak-anak Aceh.
Ketua Tim Pengembangan Bidang Ilmu Energi Tak Terbarukan dan Industri Dasar Ekstraksi Unsyiah ini, telah mengikuti Intership in Institution Based Accreditaion for Higher Education dari tanggal 1 – 30 Agustus di Melbourne Australia.
Ketua Jurusan Teknik Kimia ini telah banyak mengemban jabatan dipundaknya, katanya ini bukti pengabdian bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Aceh maju berkembang dan bersaing dengan orang lain.
Saat mahasiswa dibebankan menyelesaikan Tugas akhir prarancangan pabrik, ada tugas akhir mahasiswanya mencapai lima ratus lembar. Tetap memberi semangat dan solusi dalam mendirikan pabrik. Anak bimbingannya selalu diarahkan dapat membaca flow sheet dan cash flow pabrik, serta pendukung rancangan seperti lokasi dan tata letak pabrik, organisasi dan manajemen perusahaan, analisa ekonomi.
Selama mengajari mahasiswa Teknik Kimia, Dr Marwan disukai oleh para mahasiswa. Gayanya yang tegas dan objektif dalam memberi nilai. Ia mengajari berbagai matakuliah, seperti matakuliah Teknik Reaktor, Azas Teknik Kimia, Operasi Teknik Kimia, matakuliah ditakuti oleh sebagian mahasiswa.
Kepandaiannya dibidang akademik tidak tanggung-tanggung. Setelah menyelesaikan gelar sarjana dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya tahun 1985-1990 lalu, beliau berkesempatan melanjutkan pendidikan master by reserach ke Inggris dengan beasiswa Unsyiah/OECF pada tahun 1994. Diakhir masa studi, Unsyiah memperpanjang beasiswa sehingga memungkinkan beliau transfer ke program PhD pada tahun 1996. Menyelesaikan gelar S3-nya di School of Chemical Enginering University of Birmingham, United Kingdom pada 1998 untuk bidang Teknik Reaktor dan Katalisis.
Ketua Tim Penilai Proposal Competitive Grant Unsyiah tahun 2005 lalu, Direktur Eksekutif HIU – IMHERE Unsyiah 2006-2007 lalu. Lahir di Bireuen, 24 Desember 1966 lalu, telah banyak menghasilkan penelitian akademiknya salah satunya studi reaksi transesterifikasi minyak sawit untuk produksi biodesel menggunakan katalis zeolit dan batu kapur.
Sejumlah judul penelitian telah menjadi referensi, seperti kajian kinetika dan distribusi produk pada steam reforming etanol manjadi hydrogen menggunakan katalis paduan ZnO dengan tembaga dan logam-logam golongan VIII. Pengembangan katalis steam reforming bioetanol menjadi hydrogen menjadi hydrogen untuk bahan bakar alternatife.
Akhirnya, Beliau menyarankan kepada mahasiswa agar belajar dengan sungguh-sungguh. Belajar di perguruan tinggi sangat bergantung pada keaktifan masing-masing, karena dosen hanya berfungsi sebagai fasilitator. Disamping itu senantiasa diiringi dengan doa agar kita tidak sombong. Lebih lanjut, berbuat atau bersikap baik dengan semua orang termasuk dengan orang tua, guru, teman dan siapa saja. Keberhasilan kita bisa jadi karena doa-doa dari orang lain tersebut. [Bahagia Ishak]
Diposting oleh bahagia-ishak di 09.59 0 komentar
Katagori: Profil Tokoh
Sudut Terpencil Gampong Lapeng
Surat untuk Pemerintah Aceh [Tabloid Kontras]
Terlihat dari kejauhan pohon mengering berjajaran dipinggir laut, ada tidak ada daun lagi, rantingnya banyak telah patah, kering kerontang berdiri kaku di Alue pintu masuk Gampong Lapeng, Pulo Breuh Utara Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar.
Ombak laut terus berkicau memecahkan kesunyian. Sepi seperti tidak ada kehidupan, tidak ada penduduk berdomisili menetap disana. Tidak bias masuk boat seperti di Lampuyang, karena tidak ada dermaga dan pelabuhan, boet masuk kampong saat air laut pasang.
Naik boet dari pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh tujuan ke Pelabuhan Lampuyang, pusat kecamatan Pulo Aceh. Transportasi sangat mahal, ongkos sewa boat Lampuyang ke Lapeng antara Rp 500 – 800 ribu.
“Gampong kami tidak ada dalam kamus dan peta Aceh. Saya berasal dari Pasi Lhong Aceh Besar. Sekitar 64 tahun lalu saya kawin dengan seorang perempuan warga Lapeng. Sampai hari tetap tinggal dan menetap disini,” ucap Zakaria, Ketua Tuha Peut Gampong Lapeng, Senin (28/7).
Katanya ada sekitar 130 jiwa penduduk menetap di gampong ini. Pulang ke gampong, tunggu air pasang naik, baru bisa masuk ke kampong. “Jadi, kami menunggu di laut sampai air pasang, kadang-kadang harus menunggu berjam-jam. Hal sangat mendesak, jika ada warga yang sakit dan keperluan mendadak pergi ke Aceh. Warga harus berangkat dari gampong jam 00.00 malam pergi ke Lampuyang. Sungguh kami menunggu, sampai air pasang baru boat keluar masuk kampong,” ucap Zainuddin.
Dari Lampuyang tidak ada transportasi ke Lapeng, sekitar 45 menit perjalanan. Warga dua kali naik boet, itupun disewa warga demi transportasi ke Lampuyang. Naik boat berobat ke Lampuyang, masyarakat berharap ada boat penumpang ke Lapeng. Setelah tsunami banyak warga pindah ke Jantho mengungsi, Lapeng menjadi sangat terpencil.
Menurut Zainuddin, Lapeng adalah salah satu potret sudut negeri Aceh belum tersentuh pembangunan. Terisolir dan terpencil, tidak ada pendidikan, kesehatan dan lampu penerangan Negara di sana. “Jika orang meninggal, mayat di semayamkan beberapa lama, sambil menunggu kedatangan Teungku dari Aceh untuk difardu kifayahkan,” ucap Geusyik Lapeng.
Zainuddin bercerita, hari Juma’t ada sekitar 50-an lekali wajib Jumat tidak menunaikan kewajibannya shalat Jumat di Masjid. Para Lelaki banyak berdiam diri di Gampong. Satu hal lagi, tidak ada shalat berjamaah lima waktu seperti di gampong-gompong di Aceh. Tahun lalu, bulan Ramadhan kami lalui dengan tidak menunaikan Shalat Tarawih, karena warga tidak ada yang bisa menjadi Imam. “Tolong dicari Ustad dan Teungku di Aceh untuk menjadi Imam taraweh bulan puasa disini,” pesan Bapak tua ini.
Lebih lanjut Zainuddin menambahkan, kami jika ingin Shalat Juma’t harus pergi ke Mesjid Al-Mukarramah Lampuyang. “Masyarakat shalat Juma’t dalam sebulan satu kali, hanya untuk menutupi kewajiban. Itupun banyak yang tidak pergi menunaikan shalat juma’t,” ucapnya.
Ia sangat berharapan dapat dibangun sarana Ibadah, dan pemerintah mengirim orang berilmu untuk mengajari anak-anak kami pendidikan agama. “Tidak ada orang yang berpendidikan di sini,” ucapnya dengan sedih.
Begitu juga dengan rumah sekolah, waktu kami minta rumah sekolah pada Pak Camat, dia mengangguk akan dibangun rumah sekolah. Tapi sudah berapa lama kami tunggu, tidak kunjung juga dibangun gedung sekolah yang layak bagi pendidikan anak-anak kami.
Lapeng kaya dengan hasil alam di hutan seperti Awe, hasil laut; ikan, udang, loapter. Kandungan besi di gunung Ceumok, seandainya dikelola dengan benar, makan akan banyak menghasilkan PAD daerah Kab. Aceh Besar. Tertinggal dalam segala sector, seperti tidak ada fasilitas umum, seperti sekolah, pusat kesehatan masyarakat, listrik, tanggul, dermaga, dan bale nelayan.
Menjadikan pulo Aceh sebagai tujuan wisata lokal, harus dibarengi oleh transportasi laut baik.
Begitu juga hasil Pembukaan SPBU nelayan bagi warga pulo dan para nelayan dari luar mencari ikan diseputar pulo. Banyak ikan dikirim ke medan, sudah saatnya pemerintah membuka pabrik pengkalengan ikan disana, ucap Drs. Sulaimi dengan prihatin.
Ada rumah sekolah, karena ada bantuan Gampong berasal dari dana kutipan Pajak gampong bari siapa saja yang menjual dan mengeluarkan kekayaan alam Kampung ke luar, wajib membayar pajak ke Kas Gampong untuk digunakan secara bersama-sama dan demi kebutuhan umum.
Banyak sumber daya alam yang terdapat di Gampong ini, seperti kandungan besi di gunung, batu gunung, kayu, pasir, nilam, sayur-sayuran. Jika di jual ke luar, maka penjual harus membayar distribusi sedikit uang hasil bagi kepentingan gampong.
Drs. Sulaimi, camat Pulo Aceh, Kab. Aceh Besar mengatakan empat wilayah di pulo tidak ada PLN negera, yaitu Deudap, Alue Raya, Lapeng dan Meulingge, tidak ada PLN disana. Ucap Sulaimi, Minggu (10/8) di sekretariatan Pulo Aceh, Punge Banda Aceh.
Kenapa masih ada warga disana tidak punya rumah, seperti di Rinon dan Alue Raya. Dulu waktu pertama rehab rekonstruksi dimulai. Ada masuk bantuan rumah kedua
daerah itu, ada satu lembaga yang mempropokasi warga supaya tidak menerima rumah bantuan. Katanya tidak layak huni, akhirnya semua warga tidak mau menerima bantuan rumah itu. Bantuan pembangunan rumah dibangun ke Meulingge.
Material ke Pulo Aceh susah dibawanya. Satu sisi masyarakat pulo Aceh hanjeut lebeh kurueng. Pulo Aceh dipenuhi oleh berbagai kasus. Saya sendiri tidak mau mencampuri urusan dengan proyek.
Pembangunan rumah pendidikan seperti di Deudap. Ada enam belas ruangan, delapan belas orang murid dan dibantu delapan orang guru pengajar. Guru banyak menetap di Banda Aceh, pemerintah tidak memperhatikan nasib mereka. Pulang pergi mengajar ke Pulo, membutuhkan dua kali lipat biaya, ucap Drs. Sulaimi.
Pulau Aceh pulo harapan kabupaten Aceh Besar. Sebanyak 17 gampong menjadi andalan pulo, dibagi 3 kemukiman yatu mukim pulo nasi, mukim pulo breah utara dan mukim pulo breah selatan. Jumlah penduduk 5600 jiwa bermukim di 2 pulau yaitu pulau nasi dan pulau breah. Potensi sangat bagus dipulo.
Drs. Sulaimi menjelaskan banyak uang masuk ke Pulo, tetapi tidak ada hasil apa-apa yang ada di pulo. Seperti Alue Riyeun, sekitara 5 milyar bantuan dari berbagai lembaga donor membangun gampong tersebut. Datang ketempat itu, seperti tidak ada pembangunan apa-apa. [Bahagia Ishak]
Diposting oleh bahagia-ishak di 09.42 0 komentar
Katagori: Analisis
Bisnis Meukat Saham
Dalam suatu kesempatan Apa Cut dan Ampon tidak habis-habisnya membahas soal perempuan, padahal dua-duanya baru saja menikah dengan wanita idamannya. Sekarang mereka menyoalkan pertanyaan, bagaimana kita cepat kaya? Wow, pertanyaan mengiurkan. Terbayang di benak mereka kehidupan eksklusif, bergelimpangan harta benda, ditemani para bidadari cantik jelita, hidup penuh dengan kebahagian.
Hai Ampon bek menghayal, coba neu pike peu buet ta peu laku nyak bagah kaya? tanyoeng Apa Cut. Ampon menjawab, ta meukat alias berdagang. Jadi toke baru cepat kaya, balas lagi Ampon. Betuoe jawaban nyan Ampon, lantas peu ta meukat? Berjualan salah saboh dari Meukat baje, meukat keulontong, meukat pecah belah, meukat bakong asoe, meukat lada, meukat buku dan meukat hape, jawab Ampon.
Ken nyan jawaban yang lon maksud, lantas peutra Apa Cut? Meunoe Ampon, kebetulan na haba mangat dari kawan yoe yang ban woe training saham di salah satu perusahaan saham di kota Jakarta. Di peugah lee jih, peu ta peulaku nyak cepat kaya, ditanyong bak lon. Jawaban saya sama juga macam Ampon jawab. Katanya zaman udah maju dan modern, telah terjadi perkembangan pesat dalam urusan bisnis. Pelaku bisnis ka memulai mencari uang dengan meukawe peng dengan peng dan hana payah kerja berat lee, cukup dengan menanamkan uang dengan membloe saham dan spot market di pasar saham.
Apa itu saham dan spot market, tanya Ampon, dengan penasaran. Saham itu adalah lembaran surat berharga sebagai bukti pemilikan individu maupun dimiliki oleh suatu perusahaan. Ampon jual beli saham ada kelemahannya, kita tidak bisa pasang dua, hanya bisa pasang satu muka market kata Apa Cut. Sedangkan spot market nyan adalah gabungan perusahaan bergerak dibidang financial dengan memiliki jasa berupa pertemuan antara nasabah dengan pasar dunia.
Dalam traksaksi spot market bisa dipasang dua muka market pembelian dan penjualan, tidak pernah jatuh tempo. Itu adalah kelebihan bisnis spot market, sudah saatnya bagi kita jual beli spot market dan saham, pasang satu round pada posisi buy new atau salf new. Jual beli spot market tidak mengalami kerugian, pembeli tetap untung, pada saat harga turun, jangan dijual, tunggu sampai harga naik lagi. Pembeli dan penjual mendapat keuntungan yang berlipat-lipat ganda, mengikuti perubahan pasar dunia dan naik turunnya peng dollar.
Jadi kita adalah investor yang membeli lembaran saham perusahaan tersebut di pasar saham. Indonesia pusat jual beli sahamnya adalah di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya, tapi sekarang dua buah pasar saham sudah di gabung menjadi satu. Namapun ka digantoe menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dia bercerita, Buy new, deal or no deal, suara transaksi terdengar kencang di salah satu gedung bergengsi di Jakarta yaitu Bursa Efek Jakarta, layaknya seperti pasar tradisional yang ikut menyemarakkan hiruk pikuk padatnya Angkot, Metro mini, Kopaja, Bus way, Damri dan mobil pribadi di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta.
Ampon tambah penasaran lagi, bagaimana kita kaya dengan membeli lembaran saham itu? Ingat Ampon, kita disana bisa sebagai pembeli dan penjual. Ampon bertanya lagi, jika untung saat bertransaksi di perdagangan, siapa yg membayar keuntungan dan jika sedang rugi kemana larinya uang saya? Waluapun Apa Cut memberi banyak penjelasan tapi Ampon tidak juga mengerti.
Apa Cut menjelaskan bahwa perdagangan itu namanya perdagangan berjangka atau futures trading sering disebut a zero-sum game. Artinya adalah bahwa pada saat suatu kontrak dibuka oleh Ampon dengan bantuan pialang saham lewat posisi beli ataupun jual, selalu harus ada pihak lain yang menjual kepada atau membeli dari Ampon. Dengan kata lain, setiap kontrak terdiri dari penjual dan pembeli.
Secara sederhana, jika Ampon misalnya membuka posisi beli, pasti ada yang menjual kepada Ampon pada harga yang sama. Penjual tersebut bisa merupakan seorang investor yang membuka posisi baru, ataupun seorang investor yang menjual posisi lamanya, dengan melikuidasi posisi beli awalnya.
Jadi satu kontrak sama dengan pembeli tambah penjual. Apabila Ampon ingin beli pada harga tertentu tetapi tidak ada penjual, tidak mungkin bisa terjadi suatu transaksi. Dan jika Anda ingin jual pada harga tertentu tetapi tidak ada pembeli, tidak akan terjadi suatu transaksi juga.
Nah, nanti pada saat Ampon melikuidasi posisi sendiri, siapa sebetulnya yang memperoleh keuntungan atau menderita kerugian. Jawaban itu akan diperoleh lewat arah pergerakan harga di pasar berjangka. Jika Anda misalnya membuka posisi beli dan pihak ketiga (bisa jadi investor di Indonesia ataupun luar negeri) menjual kepada Anda, Ampon akan untung apabila harga naik dan rugi jika harga turun, itu yang berlaku dalam bisnis meukad saham.
Ampon, meukad saham itu dilakukan oleh orang-orang yang punya banyak uang. Benar, kita-kita ini miskin, tak sanggup beli saham. Apalagi di Aceh belum ada yang meukad saham, jadi kalau Ampon ingin cepat kaya, maka beli lah saham atau spot market dan harus ke Jakarta.
Begini Ampon, sebelum membeli, diajarin dulu oleh pelaksana costumer servis, dimana trading saham akan ada penjual dan pembeli, sama dengan di pasar pada umumnya, tentu dengan risk dan reward yang dapat diperkirakan sebelumnya.
Di akhir cerita, ampon menimpali bahwa meukad saham dan spot market itu termasuk judi. Sambil beralasan, pasang uang itu macam taruhan nasib, sehingga terjadi jual beli, pada saat mengalami kerugian, pembeli tetap untung, dan pada saat mencapai keuntungan, pembeli dan penjual mendapat keuntungan yang berlipat-lipat. Ampon balik bertanya pada Apa Cut, apa namanya ini?
Dalam Bisnis itu termasuk perjudian kelas ekseklusif, Ampon tak suka beli saham, tidak suka atau tak ada uang, timpal Apa Cut. Beli saham, urusan dapur aja bating tulang siang malam mengasapinya. Tak terbayang main saham, tak ada uang membeli saham perusahaan orang, syukur juga bisa bertahan hidup sampai hari ini.[Bahagia Ishak]
Diposting oleh bahagia-ishak di 09.37 0 komentar
Katagori: Plah Crah
Bisnis Eksplorasi Eksploitasi Ladang Migas Simuelue
Suatu hari di bulan November 2007 kemaren, penulis berdiskusi dengan Ir. Yoga P. Supratro, Direktur PT. Badak NGL Botang Kalimantan di Fakultas Teknik Unsyiah. Indonesia mengaku kaya raya padahal semua SDA sudah mau habis, setiap daerah tidak mempunyai stok. Bisnis mendapatkan keuntungan dengan melihat cadangan gas Indonesia yang terus merosot.
Indonesia harus mengikuti model ekonomi yang sedikit, Indonesia harus mengamankan energi dari luar. Tidak ada Negara di dunia yang memasak dengan bahan bakar pesawat. Tapi Indonesia, bahan bakar pesawat korosin (minyak tanah) di bakar oleh masyarakat dengan kompor untuk keperluan sehari-hari. Memang benar rakyat Indonesia menggunakan dan membuang-buang energi yang mahal harganya, efeknya Industri gas alam cair (NGL) yang mau tutup.
Perusahaan energi Indonesia harus diperkuat, tidak ada Negara yang kuat apabila tidak punya energi. Bagaimana dengan keadaan energi Indonesia hanya terpusat di satu lokasi yaitu pulau jawa. Bagaimana membangun energi di luar pulau jawa? Kondenstal dan putaran ekonomi hanya sentralisasi di pulau jawa. Kenapa ini terjadi? Padahal sumber uang berasal dari daerah, kenapa tidak dilakukan pengembangan di daerah.
Di dunia hanya 3 negara yang mempunyai kepulauan yaitu Indonesia, Philipina dan Jepang. Indonesia adalah Negara yang kaya dengan jumlah pulaunnya. Banyak pulau belum mempunyai nama dan tidak berpenghuni. Di banyak pulau itu memiliki sumber daya alam yang bisa di olah menghasilkan banyak uang. Bisnis eksplorasi dan eksploitasi migas hanya dilakukan di daerah yang telah duluan didapat sumber lahan uang, tidak dilakukan pengembangan dan pencairan sumber-sumber lainnya. Setelah diambil madunya, dibawa ke Jawa, daerah penghasil uangnya di telantarkan.
Dalam mengolah sumber migas dibutuhkan beberapa tahap. Tahap eksplorasi merupakan tahap penjajakan untuk membuktikan ada tidaknya cadangan minyak dan gas di dalam tanah. Tidak ada seorangpun yang dapat menyakinkan tentang adanya minyak dan gas di dalam tanah sebelum mata bor benar-benar menyentuh lapisan reservoir minyak dan gas di dalam formasi bumi.
Pada tahap eksplorasi ini, para ahli reservoir akan memperkirakan prospek teknis dan ekonomis dari sumur eksplorasi tersebut. Perkiraan tersebut meliputi jumlah cadangan minyak dan gas yang terkandung dalam reservoir, biaya produksi, tim pengeboran dan sebagainya. Jika secara teknis dan ekonomi suatu sumur layak diproduksi, maka selanjutnya dilakukan pengeboran eksploitasi dan kegiatan produksi migas.
Riset penemuan ladang minyak dan gas di Simeulue dikatagorikan ladang raksasa (giant field) bila volumenya mencapai 500 juta barel. Apa benar hasil riset yang telah dilakukan itu? Siapa berani mengeksplorasi dan eksploitasi ladang minyak Simeulue? Kapan dimulai lagi? Pemerintah Aceh harus meneliti nilai kebenaran yang telah dilaporkan itu kepada rakyat Aceh?
Rakyat Aceh harus mengetahui kebenaran informasi adanya ladang migas Simeulue. Dibutuhkan 7 milyar rupiah dalam melakukan riset migas dengan membuka sebuah sumur hingga melakukan pengoboran satu sumur minyak dan gas. Tapi sekarang kondisi ladang minyak di Simeulue berada di laut, otomatis biaya yang dibutuhkan bertambah mencapai 3 kali lipat untuk pengoboran satu sumur minyak. Jadi dibutuhkan 21 Milyar dana untuk sekali pengeboran, wajib dikeluarkan oleh perusahan dalam ekploitasi dan ekploirasi migas Simeulue.
Bisnis yang menjanjikan, dengan membutuhkan tilyunan dana untuk menciptakan investasi. Itu belum tentu medapatkan hasil yang baik, tingkat kebenaran riset tentang adanya ladang reservoir migas perlu di teliti lebih lanjut oleh ahli geologi. Coba kalau hasil jauh berbeda seperti yang diperkirakan. Minyak dan gas tidak keluar dari dalam lapisannya di dalam tanah reselvoir, siapa yang rugi? Tentu perusahaan, siapa bisa menjamin kebenaraan adanya migas Simeulue?
Penemuan ladang minyak pertama di Indonesia berada di daerah konsesi perkebunan Telaga Said dari Sultan Langkat, yang disebut dengan Telaga Tunggal di daerah Pengkalan Berandan, yang ditemukan oleh AJ. Zijlker pada tahun 1982.
Pada tahun 1960 melalui kerjasama dengan sebuah perusahaan swasta Jepang, North Sumatera Oil Development Company (NOSODECO), disepakati peminjaman kredit sebesar US$ 53 Juta dalam bentuk perlengkapan, mesin-mesin produksi, material, dan bantuan teknik dengan jangka waktu pembayaran selama 10 tahun yang dibayar dengan minyak mentah.
Dengan adanya bantuan kredit ini, maka PT .Pertamina pada saat itu mencari sumber minyak dan gas yang baru.
Seperti daerah operasi produksi eksplorasi dan produksi Pertamina yang berkedudukan di Rantau – Aceh Tamiang, bergerak dalam bidang eksplorasi dan prpoduksi minyak dan gas bumi. Memiliki 757 buah sumur minyak dan gas, namun yang aktif berproduksi sebanyak 108 sumur dengan produksi minyak mentah (Crude oil) pada saat itu sebesar 3.270 BOPD (520 m3/hari) dan produksi gas sebesar 14.006 MSCFD (397 mm3/hari). Kedalam sumur produksi di PT. Pertamina D.O.H NAD-Sumbagut berkisar antara 250-1200 m dari atas permukaan tanah, dengan kedalamn rata-rata 800 m.
Seiring dengann kegiatan eksplotasi dan produksi minyak dan gas yang terus menerus, kapasitas produksi minyak dan gas di Pertamina D.O.H NAD SUMBAGUT mulai mengalami penurunan akibat menurunnya produksi minyak pada sumur-sumur yang menyemburkan minyak secara alami.
Kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas di PT. Pertamina meliputi proses pencarian sumber-sumber yang diduga mengandung cadangan minyak dan gas, lalu dilanjutkan dengan kegiatan pengeboran dan pengambilan atau produksi minyak dan gas pada sumur-sumur pengumpul (SP) untuk dilakukan proses pemisahan antara cairan dan gas.
Tahap pertama dari kegiatan eksplotasi minyak dan gas adalah melakukan survey pemetaan dalam upaya melokalisasi secara kasar adanya potensi minyak dan gas bumi di lokasi tertentu (Frontier area). Teknologi yang sering dipergunakan untuk melakukan pemetaan ini adalah teknik penginderaan jarak jauh (remote sensing), baik melalui setelit (landsat) maupun dengan foto udara.
Tahap selanjutnya adalah melakukan survey geologi terhadap struktur dan lapisan batuan pada daerah-daerah yang diduga mengandung cadangan minyak dan gas, termasuk memeperkirakan jumlah cadangan minyak dan gas yang terkandung dalam tanah. Metode yang sering dipergunakan untuk mencari sumber-sumber lokasi minyak dan gas adalah dengan motede Seismik.
Penentuan struktur batuan dan cadangan minyak dan gas dengan metode Seismik pada dasarnya bertujuan peta struktur formasi batuan dibawah permukaan tanah, dengan cara merekam dan mencatat waktu perambatan (travel time) dari gelombang Seismik yang dipantulkan oleh lapisan-lapisan batuan sendimen hingga kedalaman 6000 meter dibawah tanah. Dari data Seismik dan geologi maka akan didapatkan peta struktur formasi batuan dibwah permukaan tanah. Peta inilah yang akan menjadi dasar untuk dilakukannya pengeboran eksplorasi.
Koran ini menulis, Selasa (12/2) bahwa Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan Jerman menemukan potensi minyak (hidrokarbon) dalam jumlah sangat besar, sekitar 107,5 hingga 320,79 milliar barel di perairan timur laut Simeulue. Temuan ini setelah riset dilakukan degan Kapal Riset Sonne untuk mengetahui detil deformasi struktur geologi di daerah busur muka (fore arc). Dapur tersebut terdiri dari struktur depocenter yang diduga sebagai daerah tempat produksi hidrokarbon, patahan naik sebagai media hidrokarbon dari dapur, carbonat buildups reservoir volume total 51 jali 109 meter kubik.
Formasi reservoir di daerah cekungan Busur Muka Simeulue pada kedalaman 500 hingga 800 meter dari laut, yang kedalamannya mencapai 1.100 meter. Harga minyak dunia dan pembatasan pemakaian bagi rakyat. harga minyak dunia adalah pluktuatif, pemerintah tidak ada strategi untuk memenampung masa energi.Bgmana sikap pemeritah BBM dinaikan, dpr tidak setuju, akan berubah semua harga komoditi.Menaikkan harga minyak suatu hal yang tidak baik, apakah pemerintah mau mensejahterakan rakyat atau melaratkan rakyat. [Bahagia Ishak]
Diposting oleh bahagia-ishak di 09.21 0 komentar
Katagori: IPTEK
Doakan Perdamaian Aceh Abadi
Konflik Aceh berlangsung puluhan tahun menyebabkan puluhan ribu nyawa melayang, ekonomi hancur, pendidikan terbengkalai, ribuan gedung sekolah, rumah dan gedung perkantoran pemerintah dan swasta luluh terbakar, belasan ribu anak menjadi yatim dan ribuan perempuan menjanda akibat konflik, kata Malik Mahmud Al Haytar beberapa waktu lalu di Banda Aceh.
Lebih lanjut Malik menambah, saat ini ada mantan pasukan GAM yang belum mendapat perhatian dari pemerintah. Keamanan yang mulai kondusif di Aceh harus terus berjalan sesuai kesepatan yang telah ditandatangani bersama. Mantan pasukan belum mendapatkan pekerjaan, sudah menjadi barang tentu bahwa pasca konflik, munculnya berbagai masalah di lapangan. “Rakyat Aceh diminta mendoakan keberlangsungan perjanjian ini. Sangat mahal biaya dikeluarkan untuk sebuah perjanjian damai MOU Helsinky, Filandia pada 15 Agustus 2005 lalu,” ucap Malik Mahmud Al Haytar, Mantan Perdana Menteri GAM.
Sementara itu ulama mengajak masyarakat Aceh mendoakan perdamaian yang sedang bersemi dinegeri ini tetap terpelihara abadi, tidak ada lagi orang mengusik ketenangan hidup di daerah ini. "Suasana damai yang sedang dinikmati selama ini harus dipelihara dan dirawat dengan baik karena kita semua sadar betapa sengsaranya hidup disaat konflik," kata Tengku H Azhari Basar di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat. "Itulah konflik dan memang begitulah akibatnya. Kita sekarang telah merasakan kembali bagaimana indahnya perdamaian," kata.
Pernyataan itu disampaikan berkaitan tiga tahun perdamaian Aceh sebagai buah keberhasilan perjanjian yang ditandatangani antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Hesinki, 15 Agustus 2005. "Kini sadar atau tidak kita telah mengalami tekanan penjajahan ekonomi dan budaya yang amat memprihatinkan. Ekonomi kita hancur akibat lilitan ekonomi global," katanya.
Peringatan tiga tahun MoU Helsinki, bangsa Indonesia, dan Aceh juga merayarakan Kemerdekaan ke 63 RI, 17 Agustus 2008. Kemerdekaan adalah cita-cita setiap bangsa. Ahli sejarah menyebutkan perjanjian damai antara Pemerintah RI dan GAM merupakan sejarah prototype dari perjanjian Hubudaibiyah masa Rasulullah SAW dalam mempelopori perdamaian antara kaum muslimin dan kaum musyrikin di Mekkah.
Lebih para lagi aspek budaya, yakni budaya Aceh telah dikalahkan budaya asing yang bertentangan dengan adat-istiadat masyarakat dan ajaran Islam, termasuk anak-anak kini lebih senang bermain play station ketimbang belajar dan mengaji Al-Quran.
"Kenyataan itu merupakan salah satu bentuk penjajahan secara ekonomi dan budaya sedang menerpa bangsa Indonesia," demikian Tengku H Azhari Basar. [Bahagia Ishak]
Diposting oleh bahagia-ishak di 09.18 0 komentar
Katagori: Agsosbud
Menuju Aceh Besar Sehat Berkualitas
Pemerintah Aceh Besar wajib memberikan fasilitas kesehatan gratis bagi masyarakat miskin, anak yatim dan fakir miskin. Pelayanan kesehatan pada kelompok rentan, masyarakat miskin dan perempuan harus dipertegas dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini terungkap dalam workshop rancangan qanun kesehatan Aceh Besar oleh LPPM Aceh di Hotel Oasis Banda Aceh, Senin (22/9) kemaren.
Saiful Isky, Direktur LPPM Aceh berharap dengan adanya qanun kesehatan ini akan munuju Aceh Besar sehat dan berkualitas, serta produk hukum yang dapat memperjuangkan nasib kesehatan Aceh Besar.
“Semua puskesmas di Aceh Besar harus didirikan puskesmas rawat inap. Ini adalah solusi untuk memberikan pemberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Aceh Besar,” ucap Saiful Isky.
Saiful berharap Pemerintah harus memberi pelayanan gratis bagi anak yatim dan fakir miskin. Dengan membuka Puskesmas rawat inap dan rawat jalan. Memberi penyuluhan dan sosialisasi kesehatan kepada masyarakat.
Dengan adanya qanun kesehatan ini, adanya produk hukum bagi pelayanan kesehatan masyarakat dan tegaknya kesehatan di Aceh Besar. Setiap penduduk memiliki hak sama dalam pelayanan kesehatan. Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia, Strandar pelayanan mininam bidang kesehatan, Pembiayaan kesehatan meningkat, Peningkataan mutu pelayanan kesehatan dan Pemerataaan pelayanan kesehatan, harus merata didapatkan oleh masyarakat.
“Saya sedikit menyampaikan beberapa catatan selama proses penyusunan draf qanun kesehatan Aceh Besar ini. Setelah sekian lama ada beberapa temuan yang bisa kita diskusikan. Kasus itu terus diperkuat, walaupun kita berbeda memandang permasalahan,” kata Hendri Syafrizal, Manager Advokasi dari LPPM Aceh.
Hendri mengajak Pemda sebagai pengambil kebijakan, adanya qanun, produk hukum lainnya serta dukungan anggaran yang sesuai untuk mendukung pelaksanaann pelayanan kesehatan yang optimal. Pemberi pelayanan petugas kesehatan (adanya kepastian/payung hukum, hak dan kewajiban serta sangsi dan penghargaan atas kerjasama memberi pelayanan dengan strandar yang ditetapkan.
Aceh Besar sehat dan berkualitas. Ini adalah gambaran dalam penyusunan naskah akademik qanun kesehatan Aceh Besar beberapa waktu lalu.
“Saat ini adanya rentang kendali dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan di Kabupaten Aceh Besar. Contohnya, Warga masyarakat yang berada di Kecamatan Pulo Aceh dan Lhoong yang sangat sulit untuk mengakses Rumah Sakit Daerah yang terletak di Kota Jantho,” ucap Yanis Rinaldi, Akademis dari Fakultas Hukum Unsyiah.
Lebih lanjut Yanis menambahkan Pemerintah harus menjamin kesehatan masyarakatnya. Sistem pelayanan kesehatan terhadap masyarakat harus ditingkatkan dalam malayani kesehatan masyarakat.
Qanun ini dirancang berbasis pada pengalaman praktis masyarakat (dituangkan dalam naskah akademik). Substansi qanun menyesuaikan dengan kondisi daerah. “Semoga adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin dan perempuan,” kata Yanis.
Yanis menambahkah harus ada pendampingan pengacara bagi masyarakat untuk membela, seperti adanya kasus salah sunat terjadi beberapa waktu lalu. Ini harus ada perhargaan dan sanksi yang tegas bagi pelanggaran kesehatan.[Bahagia Ishak]
Diposting oleh bahagia-ishak di 09.16 0 komentar
Katagori: Agsosbud
Pulo Aceh Masih Terisolir
Banyak anak muda di sini tidak bisa baca tulis, banyak uang mengalir ke Aceh. Ada Gampong belum tersentuk oleh pembangunan. Terpencil dan terisolir, malam tiba kehidupan masyarakat gelap gulita. Jika sakit mendadak, tidak ada perawat dan pukesmas pembantu yang siap membantu kesehatan warga. “Sering warga sakit, hanya berharap pada Allah supaya dipanjangkan umurnya”, ucap Zainuddin, Sabtu (19/7).
Geusyik Lapeng ini sangat mengharapkan kepedulian pemerintah daerah membangun rakyat yang dipimpinya. “Kami sangat membutuhkan fasilitas umum yang belum ada sampai hari ini, seperti rumah sekolah, pukesmas pembantu, tanggul, dermaga, bale nelayan,” ucapnya kepada Acehkita saat berkunjung ke gampongnya.
Kami disini, tidak ada tempat singgah boat bagi para warga yang ingin pulang dan keluar gampong. Warga pulang ke gampong, tunggu air pasang naik, baru bisa baot masuk ke kampong. Kami menunggu di laut sampai pasang air, kadang-kadang menunggu berjam-jam di laut. “Sampai hari ini kami menunggu di laut dulu biar bisa masuk boat ke kampong,” ucap Zainuddin dengan sedih.
Zainuddin atas nama penduduk Lapeng Pulo Aceh ini berharap masih ada perhatian pemerintah daerah mengurus warga yang masih terisolir di sini, ucapnya.
Sementara itu Drs. Sulaimi, camat Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar mengatakan kepada Acehkita ada empat wilayah di Pulo tidak ada PLN negara, yaitu Deudap, Alue Raya, Lapeng dan Meulingge. “Tidak ada PLN disana,” ucap Sulaimi, Minggu (10/8) di sekretariatan Pulo Aceh, Punge Banda Aceh.
Sulaimi menambahkan kenapa ada warga disana tidak punya rumah, seperti di Rinon dan Alue Raya. Dulu waktu pertama rehab rekonstruksi dimulai. Masuk bantuan rumah kedua daerah itu, ada satu lembaga yang memprovokasi warga supaya tidak menerima rumah bantuan tersebut. Katanya tidak layak huni, akhirnya semua warga tidak mau menerima bantuan rumah itu. Akhirnya bantuan pembangunan rumah dialihkan pembangunan ke Meulingge.
Seperti pembangunan rumah pendidikan di Deudap. Ada enam belas ruangan, delapan belas orang murid dan delapan orang guru pengajar. Guru dengan murid lebih banyak gurunya. Satu hal lagi banyak guru menetap di Banda Aceh, karena pemerintah tidak memperhatikan nasib mereka. Pulang pergi mengajar ke Pulo, membutuhkan dua kali lipat biaya, ucap Drs. Sulaimi.
Satu lagi yang menghambat pembangunan di pulo adalah susah membawa material dari Banda Aceh ke Pulo Aceh. Harga material dua sampai tiga kali lipat jika telah sampai ke sana. “Saya sendiri tidak mau mencampuri urusan dengan proyek,” ucap camat dengan polosnya.
Pulau Aceh adalah pulo harapan. Dikelilingi oleh laut, sebanyak 17 gampong, dibagi tiga kemukiman yaitu mukim pulo nasi, mukim pulo breah utara dan mukim pulo breah selatan. Jumlah penduduk 5.600 jiwa. Bermukim di dua pulau yaitu pulau nasi dan pulau breah. Potensi sangat bagus di pulo jika pemerintah dan swasta mengembangkanya, kata Sulaimi lagi.
Drs. Sulaimi menambahkan banyak uang masuk ke Pulo, tetapi ada yang tidak ada hasil apa-apa. Seperti Alue Riyeun, sekitar 5 milyar dana bantuan dari berbagai lembaga donor membangun gampong tersebut. Datang ketempat itu, seperti tidak ada pembangunan apa-apa lagi.
Sementara Bulqaini, salah seorang relawan yang telah lama bertugas di Pulo Aceh mengatakan, banyak anak-anak pulo tidak bisa membaca. Ia mengusulkan pendidikan di Pulo Aceh dengan menerapkan model pendidikan sistem asrama. Karena antara satu gampong ke gampong ada harus naik boat. Tidak bisa menggunakan transfortasi darat. Satu lagi biaya transportasi laut mahal disana.
Bulqaini menyarankan semua peserta didik Pulo Aceh diasramakan di satu lokasi yang dibangun oleh pemerintah. Hal ini akan membantu masyarakat pulo dalam mendidik anak-anaknya, demikian Bulqaini. [Bahagia Ishak]
Diposting oleh bahagia-ishak di 09.14 0 komentar
Katagori: Agsosbud
Khanduri Blang Hingga Sie Biri
Khanduri Blang Hingga Sie Biri
Akhir bulan Februari 2008 lalu, penulis shalat Magrib berjamaah bersama masyarakat Gampong di Meunasah Daboih Mukim Njong Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Seperti biasa, empat baris shaf makmum dengan khusyuk menghadap sang Khalid. Lima menit lamanya waktu yang dibutuhkan untuk shalat, dengan alunan merdu suara Tgk Ridwan memimpin Shalat.
Setelah salam, seperti biasanya membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad saw serta berdoa. Para Jamaah mengikutinya dengan kusyuk. Selesai berdoa, Jamaah mau pulang. Tiba-tiba terdengar suara Geusyik M Daud Umar dengan keras. “Malam yoe tanyoe taduek siat” ucapnya. Kita telah selesai menanam padi di Sawah, sudah saatnya menyelenggarakan Khanduri Blang dengan Sie Biri, ucapnya.
Dalam jamaah telah lengkap struktur Gampong, mulai dari Keujren Blang, Imum Meunasah, Tuha Peut dan Geusyik. Rapat kilat telah menghasilkan beberapa keputusan penting yaitu jumlah uang diambil dari petani untuk Sie Biri yaitu Rp 10.000,-/per petani. Jumlah petani yang turun ke sawah tahun ini sekitar 80 orang. Berarti jumlah uang yang terkumpul ada Rp 800.000,- cukup membeli seekor Biri. Keputusan ini adalah keputusan bersama, diambil dari musyawarah dan mufakat. Maka Khanduri Blang langsung dipegang kendali pelaksanaannya oleh Keujruen Blang sebagai penguasa sawah.
Khanduri Blang pun dilaksanakan, memasak dan menyediakan lauk pauk lainnya untuk melengkapi Khanduri di lokasi upacara. Sebelum Khanduri, petani mengelar kegiatan doa bersama di Meunasah. Daging Biri tersebut dimasak dan dimakan bersama-sama. Sie Biri tadi diambil kulitnya, dan dibagi ke setiap petani yang bertani di sekitar Gampong. Pihak petani mengambil air yang telah dirajah dan diberi bunga, darah serta kulit Biri. Bahan tersebut dibawa ke Sawah dan diletakkan di Peuneulah. Kegiatan ini dilakukan oleh petani sebagai adat Mugoe setelah selesai musim tanam.
Ritual Sie Biri tidak dilakukan pada babah Lhueng atau mulut parit pengairan menuju sawah. Menurut para petani, berkah dan doa yang diucapkan agar benih padi yang mereka tanam nantinya tumbuh subur dan akan mengalir melalui media darah ke setiap petak sawah yang ada. Darah Sie Biri juga dikatakan bekerja memperkaya unsur-unsur hara di dalam tanah.
Namun bila dipandang dari sisi lain, darah Sie Biri juga memiliki fungsi lain pada tahap sebelum penanaman. Darah hewan sebenarnya dapat juga menyuburkan sawah. Dapat diperhatikan, saat ini kaum ibu yag suka menanam bunga di halaman rumah sering menyiram bunganya dengan air basuhan ikan yang mengandung darah, air tersebut dipercaya dapat menyuburkan tanaman sehingga tanaman mereka akan lebih hijau dan cepat berbunga. Tradisi ini telah menjadi tradisi di Gampong, banyak petani yang bertani melakukan ritual ini.
Adat Khanduri Blang hingga Sie Biri di Gampong adalah untuk mendapat berkah dan masa penanaman padi tidak mendapat gangguan hama penyakit serta tikus di sawah, adalah kekayaan nilai kebudayaan Aceh yang masih bertahan di Gampong. Peuneulah atau Ulee ie adalah tempat keluar masuknya air di sawah. Biasanya Peuneulah itu letaknya di ateung (pembatas sawah antara satu sawah dengan sawah lain).
Ini adalah secuil kisah menarik kurang mendapat liputan media, dan sering terjadi di pelosok Gampong di Aceh, tiada yang tahu siapa pembawa dan dari mana asal kebudayaan Peuduek Sie Kulet Biri bercampur dengan darah di Peuneulah sawah? Apakah rutinitas ini juga dilakukan oleh petani di seluruh pelosok Aceh?
Wilayah adat Meugoe berlaku dalam lingkungan persawahan saja, sesuai kesempatan Petani. Penanggung Jawab adat adalah Keujruen blang, yang dipilih oleh petani setempat. Anggota petani adalah yang memiliki sawah dalam wilayah tersebut. Sanksi adat Meugoe diberikan kepada petani setempat apabila telah melanggar peraturan yang telah ditetapkan.
Adat Meugoe mengatur hubungan sesama petani sawah, mengatur hubungan petani sawah dengan masyarakat yang memiliki ternak, agar hewan tersebut tidak memasuki lahan persawahan. Mengatur pengaliran sawah, dari sawah seseorang ke sawah orang lain melalui diatasnya. Mengatur sanksi adat bagi orang yang berkelahi dalam lingkungan persawahan yang sedang dikerjakan. Mengatur sanksi adat bagi orang yang punya sawah yang tidak memberi air sawah kepada sawah tetangganya, dan juga bagi petani sawah.
Kapan dimulai Meugoe, pihak Keujruen blang telah mengatur semua jadwal dalam bertani. Musim panas dan hujan, meminimalkan hama padi, seperti tikus, ulat, walang sangit dan burung serta belalang dengan cara mengerjakan ritual Khanduri blang hingga Sie Biri.
Upacara tradisional berupa ritual adat yang berbeda caranya antara satu daerah dengan daerah lainnya. Berkaitan dengan kepercayaan, agama, daur hidup dan ada pula yang berkaitan dengan sosial masyarakat. Jarang ada literatur yang berhubungan dengan rutinitas kegiatan roe darah bak ulee ie dan boeh oen peusyijuek dalam pacoek atau situek di Peuneulah.
Penulis :
Tulisan ini pernah dipublikasi oleh Majalah Tuho JKMA Aceh
Diposting oleh bahagia-ishak di 09.11 0 komentar
Katagori: Agsosbud
Merubah Konsep Pendidikan Dayah
Tidak mungkin Aceh diperbaiki oleh orang lain, perubahan datang dari jiwa kita. Santri dan thaliban diharapkan menjadi ulama, remaja masjid juga bisa melakukan perubahan dalam kehidupan rakyat Aceh. Pemerintah Aceh mengutamakan pendidikan agama, dengan cara segera membangun dayah-dayah di perbatasan Aceh. Tujuannya adanya penerang umat, sehingga melahirkan penceramah, alim ulama, pemikir dan panutan dalam masyarakat.
Ucap Muhammad Nazar, Wakil Gubernur Aceh pada pelepasan pengiriman magang santri dayah dan remaja masjid se-NAD ke Jakarta, kamis(6/8) malam di pendopo wakil gubernur.
Di bawah pemerintahan kami, telah membentuk Badan Pembinaan dan pendidikan Dayah berdasarkan qanun nomor 5 Pemerintahan Aceh. Tidak ada di dunia, hanya ada di Aceh kata Wagub. Badan ini bertugas membentuk pendidikan khusus dayah di Aceh. Program jangka pendek menertibkan dayah-dayah mendapatkan bantuan pengembangan dayah. Program jangka panjang membuat kurikulum dayah, alumni dayah dapat bersaing dengan Universitas.
Badan dayah harus benar-benar melaksanakan pengembangan dayah dengan cara melaksanakan berbagai kegiatan seperti workshop, training dan pelatihan bagi santri di dayah. Menurut data yang telah ada, sekitar 600 dayah akan disalurkan bantuan, baik itu tipe A dan B. Bantuan diberikan bervariasi, mulai dari 100 juta sampai 300 juta kata Nazar.
Wakil Gubernur menyarankan salah satu cara untuk pengembangan dayah adalah dengan menambah kurikulum, bukan mengurangi metode pelajaran yang telah ada. Ia berharap santri bisa menguasai IT dan internet. Kualitas santri dan alim ulama harus ditingkatkan. Pemerintah Aceh mendukung program magang ini ke Jakarta, asal bertujuan untuk kebaikan dan bermanfaat bagi rakyat Aceh.
Nazar meminta, masyarakat dayah harus menguasai teknologi untuk penyampaian pesan agama. “Teknologi harus dimanfaatkan untuk membesarkan agama. Mata pelajaran tulis-menulis harus diajarkan di dayah, saya menunggu santri menulis di koran-koran”, pesan Nazar lagi.
Wakil Gubernur prihatin dengan kondisi Aceh saat ini. Sangat sulit di Aceh membangun komunitas, dimana telah tercipta satu komunitas terpencil dan tidak menghiraukan perkembangan zaman karena konflik.
“Saya nyakin, para santri akan banyak mendapatkan wawasan yang tidak ada sini. Para Teungku diharapkan bisa mengembalikan Aceh sebagai pusat sentral ilmu seperti dulu lagi,” ucap Muhammad Nazar usai makan malam bersama santri yang ikut dihadiri Kepala Badan Dayah Prov NAD, Bustami Usman.
Sekarang harus merubah pola berdakwah, tidak boleh saling mencaci maki sesama pendakwah. Orang sekolahan di Universitas di caki maki oleh orang dayah. Jangan terjadi seperti di Irak, saling bunuh membunuh antar Sunni dengan Syiah. Hal ini jangan sampai terjadi di Aceh harapnya.
Satu hal lagi tambah Nazar, dayah telah diakui oleh Undang-Undang. Ini adalah perjuangan kita bersama. Dayah harus difasilitasi oleh pemerintah Aceh, Pemerintah Kabupaten/Kota demi perkembangan dayah di masa depan.
Wakil gubernur berharap kepada para peserta magang dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan menambahkan wawasan, waktu pulang ke Aceh bisa memberi warna baru bagi pengembangan dayah.
Badan dayah diharapkan mampu menjembatani berbagai persoalan di dayah. Dayah secara sosial dan keagamaan, memberi pengaruh besar terhadap perubahan dan kemajuan masyarakat Aceh.
Pendidikan dayah telah menjadi kebutuhan bagi rakyat Aceh, artinya dayah telah sejajar dengan lembaga pendidikan lainnya. Undang-Undang Pemerintahan Aceh telah menjadikan lembaga ini mendapatkan fasilitas dari pemerintah daerah baik provinsi maupun kebupaten/kota. “Ini satu-satunya kekhususan Aceh yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Indonesia,” tambah Nazar.
Bustami Usman, Kepala Badan Pembinaan dan Pendidikan Dayah Aceh mengungkapkan badan ini nantinya akan bekerja secara maksimal meningkatkan mutu dan kualitas dayah. Membantu dayah di Aceh sesuai kebutuhannya, baik prasarana, kurikulum dayah, membantu merubah manejemen, peningkatan kualitas santri serta memberdayakan dayah sesuai dengan letak geografis. “Tujuan semua itu untuk menciptakan kemandirian ekonomi dayah,” ungkap Bustami.
Menyangkut maraknya dayah di Aceh, Bustami mengatakan badan ini sudah membentuk tim verifikasi dayah, bertugas melakukan surve ke lokasi dayah berada. Dengan data lapangan, maka akan ada satu data lengkap dalam menyalurkan bantuan nantinya. Sedangkan kriteria dayah yang akan mendapatkan bantuan dan pembinaan lagi dalam pembahasan di internal, ucapnya.
Selanjutnya anggaran pendidikan dayah tahun 2008 sebesar 177 miliyar. Dikelola langsung oleh badan dayah sebanyak Rp 175 miliyar, sisanya yang Rp 2 miliyar lagi dikelola oleh biro Keistimewaan Dayah.
Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar mengatakan dana tersebut akan diberikan untuk semua dayah, baik Salafi maupun modern menurut jenjang pendidikan, setelah melalui survey oleh tim badan dayah ucapnya.
Sementara Tgk Muntasir, Kepala Program BRR NAD-Nias Bidang Agama Sosial Budaya Wiliyah II, didampingi oleh Erawadi, Kepala Satker BRR Agama, Sosial dan Budaya Regional II. Setelah shalat magrib berjamaah di Musalla pendopo Wakil Gubernur Aceh mengatakan, para santri dan remaja masjid peserta magang akan dilatih metodelogi penelitian, ilmu jurnalistik, bahasa Inggris dan wisata spiritual selama 25 hari di Central For The Study Religion an Culture (CSRC) UIN Jakarta.
Terdiri dari 20 orang peserta; 15 laki-laki dan 5 perempuan. Sebelum diberangkatkan, mereka diberikan berbagai pelatihan dasar dalam kelas Studi Purna Ulama (SPU) dilaksanakan oleh Rabithah Thaliban Aceh (RTA) yang di sponsori oleh BRR NAD-Nias, melalui satuan kerja bidang Agama, Sosial dan Budaya Regional II. Waktu ikut pelatihan sebanyak 30-an orang, kita diseleksi lagi maka tinggal 20-an orang ucap Tgk Muntasir.
Lebih lanjut Tgk Muntasir mengatakan tujuan dilaksanakan program ini untuk menciptakan kader-kader dayah dan remaja masjid Aceh berwawasan, berkemampuan serta mampu bersaing dengan lulusan Universitas.
Hal senada juga disampaikan oleh Tgk.H.Anwar Usman Kuta Krueng, Ketua Rabithah Thaliban Aceh, dalam pidatonya mengharapkan kepada yang telah diberi amanah menuntut ilmu diluar Aceh. Jangan menyia-yiakan kesempatan dengan meninggalkan dayah. Harapan kepada angkatan pertama ini, tidak hanya mencari ilmu disana, coba gunakan waktu untuk belajar. Pulang dari sana nanti bisa memajukan dayah masing-masing harapnya.
Tgk.H.Anwar Juga mengharapkan pemerintah agar kegiatan semacam ini perlu dipikirkan kesinambungannya, sehingga tidak terputus. “Masih banyak guru-guru dayah dan santri yang membutuhkan perhatian untuk mengikuti magang di luar seperti ini,” ujar Anwar dalam sambutannya.
Sementara itu Salman Alfarisi, salah seorang peserta dari Dayah MUDI Mesra Samalangan, Bireuen. Mengatakan sangat berterima kasih telah diberi kesempatan membuka wawasan kami, para santri Dayah untuk berkembang dan melihat dunia luar. Dayah sangat tertinggal dalam segala hal aspek, seperti kurangnya penguasaan ilmu dan teknologi, ucapnya.
Putra dari Aceh Selatan ini berkisah, setelah tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di gampong melanjutkan pendidikan di Dayah Mudi Mesra Samalanga. Ketertarikan untuk belajar agama tergores dihatinya, kegigihan mencari pengetahuan agama membuat dirinya bertahan menuntut ilmu agama di Dayah.
Magang bersama santri dan remaja masjid adalah pengalaman pertamanya. Coba belajar disana supaya berwawasan luas dan menambah pengetahuan tentang luar Aceh. “Ini baru pertama saya ke Jakarta,” ucap Salman Alfarisi. [Bahagia Ishak]
Diposting oleh bahagia-ishak di 09.06 0 komentar
Katagori: Agsosbud