Kamis, 31 Desember 2009

Doakan Perdamaian Aceh Abadi

Konflik Aceh berlangsung puluhan tahun menyebabkan puluhan ribu nyawa melayang, ekonomi hancur, pendidikan terbengkalai, ribuan gedung sekolah, rumah dan gedung perkantoran pemerintah dan swasta luluh terbakar, belasan ribu anak menjadi yatim dan ribuan perempuan menjanda akibat konflik, kata Malik Mahmud Al Haytar beberapa waktu lalu di Banda Aceh.

Lebih lanjut Malik menambah, saat ini ada mantan pasukan GAM yang belum mendapat perhatian dari pemerintah. Keamanan yang mulai kondusif di Aceh harus terus berjalan sesuai kesepatan yang telah ditandatangani bersama. Mantan pasukan belum mendapatkan pekerjaan, sudah menjadi barang tentu bahwa pasca konflik, munculnya berbagai masalah di lapangan. “Rakyat Aceh diminta mendoakan keberlangsungan perjanjian ini. Sangat mahal biaya dikeluarkan untuk sebuah perjanjian damai MOU Helsinky, Filandia pada 15 Agustus 2005 lalu,” ucap Malik Mahmud Al Haytar, Mantan Perdana Menteri GAM.

Sementara itu ulama mengajak masyarakat Aceh mendoakan perdamaian yang sedang bersemi dinegeri ini tetap terpelihara abadi, tidak ada lagi orang mengusik ketenangan hidup di daerah ini. "Suasana damai yang sedang dinikmati selama ini harus dipelihara dan dirawat dengan baik karena kita semua sadar betapa sengsaranya hidup disaat konflik," kata Tengku H Azhari Basar di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat. "Itulah konflik dan memang begitulah akibatnya. Kita sekarang telah merasakan kembali bagaimana indahnya perdamaian," kata.

Pernyataan itu disampaikan berkaitan tiga tahun perdamaian Aceh sebagai buah keberhasilan perjanjian yang ditandatangani antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Hesinki, 15 Agustus 2005. "Kini sadar atau tidak kita telah mengalami tekanan penjajahan ekonomi dan budaya yang amat memprihatinkan. Ekonomi kita hancur akibat lilitan ekonomi global," katanya.

Peringatan tiga tahun MoU Helsinki, bangsa Indonesia, dan Aceh juga merayarakan Kemerdekaan ke 63 RI, 17 Agustus 2008. Kemerdekaan adalah cita-cita setiap bangsa. Ahli sejarah menyebutkan perjanjian damai antara Pemerintah RI dan GAM merupakan sejarah prototype dari perjanjian Hubudaibiyah masa Rasulullah SAW dalam mempelopori perdamaian antara kaum muslimin dan kaum musyrikin di Mekkah.

Lebih para lagi aspek budaya, yakni budaya Aceh telah dikalahkan budaya asing yang bertentangan dengan adat-istiadat masyarakat dan ajaran Islam, termasuk anak-anak kini lebih senang bermain play station ketimbang belajar dan mengaji Al-Quran.

"Kenyataan itu merupakan salah satu bentuk penjajahan secara ekonomi dan budaya sedang menerpa bangsa Indonesia," demikian Tengku H Azhari Basar. [Bahagia Ishak]

0 komentar: