Kamis, 31 Desember 2009

Bisnis Eksplorasi Eksploitasi Ladang Migas Simuelue

Suatu hari di bulan November 2007 kemaren, penulis berdiskusi dengan Ir. Yoga P. Supratro, Direktur PT. Badak NGL Botang Kalimantan di Fakultas Teknik Unsyiah. Indonesia mengaku kaya raya padahal semua SDA sudah mau habis, setiap daerah tidak mempunyai stok. Bisnis mendapatkan keuntungan dengan melihat cadangan gas Indonesia yang terus merosot.

Indonesia harus mengikuti model ekonomi yang sedikit, Indonesia harus mengamankan energi dari luar. Tidak ada Negara di dunia yang memasak dengan bahan bakar pesawat. Tapi Indonesia, bahan bakar pesawat korosin (minyak tanah) di bakar oleh masyarakat dengan kompor untuk keperluan sehari-hari. Memang benar rakyat Indonesia menggunakan dan membuang-buang energi yang mahal harganya, efeknya Industri gas alam cair (NGL) yang mau tutup.

Perusahaan energi Indonesia harus diperkuat, tidak ada Negara yang kuat apabila tidak punya energi. Bagaimana dengan keadaan energi Indonesia hanya terpusat di satu lokasi yaitu pulau jawa. Bagaimana membangun energi di luar pulau jawa? Kondenstal dan putaran ekonomi hanya sentralisasi di pulau jawa. Kenapa ini terjadi? Padahal sumber uang berasal dari daerah, kenapa tidak dilakukan pengembangan di daerah.

Di dunia hanya 3 negara yang mempunyai kepulauan yaitu Indonesia, Philipina dan Jepang. Indonesia adalah Negara yang kaya dengan jumlah pulaunnya. Banyak pulau belum mempunyai nama dan tidak berpenghuni. Di banyak pulau itu memiliki sumber daya alam yang bisa di olah menghasilkan banyak uang. Bisnis eksplorasi dan eksploitasi migas hanya dilakukan di daerah yang telah duluan didapat sumber lahan uang, tidak dilakukan pengembangan dan pencairan sumber-sumber lainnya. Setelah diambil madunya, dibawa ke Jawa, daerah penghasil uangnya di telantarkan.

Dalam mengolah sumber migas dibutuhkan beberapa tahap. Tahap eksplorasi merupakan tahap penjajakan untuk membuktikan ada tidaknya cadangan minyak dan gas di dalam tanah. Tidak ada seorangpun yang dapat menyakinkan tentang adanya minyak dan gas di dalam tanah sebelum mata bor benar-benar menyentuh lapisan reservoir minyak dan gas di dalam formasi bumi.

Pada tahap eksplorasi ini, para ahli reservoir akan memperkirakan prospek teknis dan ekonomis dari sumur eksplorasi tersebut. Perkiraan tersebut meliputi jumlah cadangan minyak dan gas yang terkandung dalam reservoir, biaya produksi, tim pengeboran dan sebagainya. Jika secara teknis dan ekonomi suatu sumur layak diproduksi, maka selanjutnya dilakukan pengeboran eksploitasi dan kegiatan produksi migas.

Riset penemuan ladang minyak dan gas di Simeulue dikatagorikan ladang raksasa (giant field) bila volumenya mencapai 500 juta barel. Apa benar hasil riset yang telah dilakukan itu? Siapa berani mengeksplorasi dan eksploitasi ladang minyak Simeulue? Kapan dimulai lagi? Pemerintah Aceh harus meneliti nilai kebenaran yang telah dilaporkan itu kepada rakyat Aceh?

Rakyat Aceh harus mengetahui kebenaran informasi adanya ladang migas Simeulue. Dibutuhkan 7 milyar rupiah dalam melakukan riset migas dengan membuka sebuah sumur hingga melakukan pengoboran satu sumur minyak dan gas. Tapi sekarang kondisi ladang minyak di Simeulue berada di laut, otomatis biaya yang dibutuhkan bertambah mencapai 3 kali lipat untuk pengoboran satu sumur minyak. Jadi dibutuhkan 21 Milyar dana untuk sekali pengeboran, wajib dikeluarkan oleh perusahan dalam ekploitasi dan ekploirasi migas Simeulue.

Bisnis yang menjanjikan, dengan membutuhkan tilyunan dana untuk menciptakan investasi. Itu belum tentu medapatkan hasil yang baik, tingkat kebenaran riset tentang adanya ladang reservoir migas perlu di teliti lebih lanjut oleh ahli geologi. Coba kalau hasil jauh berbeda seperti yang diperkirakan. Minyak dan gas tidak keluar dari dalam lapisannya di dalam tanah reselvoir, siapa yang rugi? Tentu perusahaan, siapa bisa menjamin kebenaraan adanya migas Simeulue?

Penemuan ladang minyak pertama di Indonesia berada di daerah konsesi perkebunan Telaga Said dari Sultan Langkat, yang disebut dengan Telaga Tunggal di daerah Pengkalan Berandan, yang ditemukan oleh AJ. Zijlker pada tahun 1982.
Pada tahun 1960 melalui kerjasama dengan sebuah perusahaan swasta Jepang, North Sumatera Oil Development Company (NOSODECO), disepakati peminjaman kredit sebesar US$ 53 Juta dalam bentuk perlengkapan, mesin-mesin produksi, material, dan bantuan teknik dengan jangka waktu pembayaran selama 10 tahun yang dibayar dengan minyak mentah.
Dengan adanya bantuan kredit ini, maka PT .Pertamina pada saat itu mencari sumber minyak dan gas yang baru.

Seperti daerah operasi produksi eksplorasi dan produksi Pertamina yang berkedudukan di Rantau – Aceh Tamiang, bergerak dalam bidang eksplorasi dan prpoduksi minyak dan gas bumi. Memiliki 757 buah sumur minyak dan gas, namun yang aktif berproduksi sebanyak 108 sumur dengan produksi minyak mentah (Crude oil) pada saat itu sebesar 3.270 BOPD (520 m3/hari) dan produksi gas sebesar 14.006 MSCFD (397 mm3/hari). Kedalam sumur produksi di PT. Pertamina D.O.H NAD-Sumbagut berkisar antara 250-1200 m dari atas permukaan tanah, dengan kedalamn rata-rata 800 m.

Seiring dengann kegiatan eksplotasi dan produksi minyak dan gas yang terus menerus, kapasitas produksi minyak dan gas di Pertamina D.O.H NAD SUMBAGUT mulai mengalami penurunan akibat menurunnya produksi minyak pada sumur-sumur yang menyemburkan minyak secara alami.

Kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas di PT. Pertamina meliputi proses pencarian sumber-sumber yang diduga mengandung cadangan minyak dan gas, lalu dilanjutkan dengan kegiatan pengeboran dan pengambilan atau produksi minyak dan gas pada sumur-sumur pengumpul (SP) untuk dilakukan proses pemisahan antara cairan dan gas.

Tahap pertama dari kegiatan eksplotasi minyak dan gas adalah melakukan survey pemetaan dalam upaya melokalisasi secara kasar adanya potensi minyak dan gas bumi di lokasi tertentu (Frontier area). Teknologi yang sering dipergunakan untuk melakukan pemetaan ini adalah teknik penginderaan jarak jauh (remote sensing), baik melalui setelit (landsat) maupun dengan foto udara.

Tahap selanjutnya adalah melakukan survey geologi terhadap struktur dan lapisan batuan pada daerah-daerah yang diduga mengandung cadangan minyak dan gas, termasuk memeperkirakan jumlah cadangan minyak dan gas yang terkandung dalam tanah. Metode yang sering dipergunakan untuk mencari sumber-sumber lokasi minyak dan gas adalah dengan motede Seismik.

Penentuan struktur batuan dan cadangan minyak dan gas dengan metode Seismik pada dasarnya bertujuan peta struktur formasi batuan dibawah permukaan tanah, dengan cara merekam dan mencatat waktu perambatan (travel time) dari gelombang Seismik yang dipantulkan oleh lapisan-lapisan batuan sendimen hingga kedalaman 6000 meter dibawah tanah. Dari data Seismik dan geologi maka akan didapatkan peta struktur formasi batuan dibwah permukaan tanah. Peta inilah yang akan menjadi dasar untuk dilakukannya pengeboran eksplorasi.

Koran ini menulis, Selasa (12/2) bahwa Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan Jerman menemukan potensi minyak (hidrokarbon) dalam jumlah sangat besar, sekitar 107,5 hingga 320,79 milliar barel di perairan timur laut Simeulue. Temuan ini setelah riset dilakukan degan Kapal Riset Sonne untuk mengetahui detil deformasi struktur geologi di daerah busur muka (fore arc). Dapur tersebut terdiri dari struktur depocenter yang diduga sebagai daerah tempat produksi hidrokarbon, patahan naik sebagai media hidrokarbon dari dapur, carbonat buildups reservoir volume total 51 jali 109 meter kubik.

Formasi reservoir di daerah cekungan Busur Muka Simeulue pada kedalaman 500 hingga 800 meter dari laut, yang kedalamannya mencapai 1.100 meter. Harga minyak dunia dan pembatasan pemakaian bagi rakyat. harga minyak dunia adalah pluktuatif, pemerintah tidak ada strategi untuk memenampung masa energi.Bgmana sikap pemeritah BBM dinaikan, dpr tidak setuju, akan berubah semua harga komoditi.Menaikkan harga minyak suatu hal yang tidak baik, apakah pemerintah mau mensejahterakan rakyat atau melaratkan rakyat. [Bahagia Ishak]

0 komentar: