Kamis, 31 Desember 2009

Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi

Publikasi Tabloid DETaK Unsyiah

Terlihat rapi, jalannya santai, tangan sebelah kanan membawa map dan beberapa buah buku. Baru saja keluar dari mobil Kijang berwarna merah, menaiki tangga Jurusan Teknik Kimia menuju ke ruangannya di lantai II beralamat di Jln Tgk Syech Abdulrauf No 7 Darussalam Banda Aceh.

Mulai tahun 2004 lalu sampai sekarang memimpin Jurusan Teknik Kimia sebagai ketua Jurusan. Kesibukan luar biasanya dilaluinya. Melanjutkan amanah Ir. Faisal, M.Sc, Ketua Jurusan Teknik Kimia dan Dr. Balia Ahmad, Sekretaris Jurusan pada waktu itu. Keduanya meninggal dunia karena gempa bumi dan tsunami tanggal 24 Desember 2004 lalu.

Pada tanggal 20 April 2004, Ir. Faisal, M.Sc, dibantu oleh staf pengajar Teknik Kimia lainnya, telah sukses mengantarkan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Unsyiah mendapatkan Sertifikasi Akreditasi Peringkat A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi sampai dengan 20 April 2009 mendatang.

Kesibukannya semakin padat, tiap hari Sabtu dan Minggu pergi mengikuti berbagai rapat di Jakarta. Maklum, mulai tahun 2006 lalu sampai sekarang dipercaya sebagai anggota Majelis Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
“Akreditasi perguruan tinggi merupakan cermin kinerja perguruan tinggi yang bersangkutan. Menggambarkan mutu, efisiensi, serta relevansi program studi yang diselenggarakan,” ucap Dr. Marwan disela-sela keberangkatannya ke Australia, Kamis (24/7).

Pelaksanaan akreditasi terhadap PTS yang bersangkutan dilakukan dengan berpedoman pada standard dan kriteria dari BAN-PT ucap Dr Marwan. Ada dua model akreditasi dikembangkan oleh BAN-PT, yaitu akreditasi program studi dan akreditasi institusi perguruan tinggi. BAP-PT menilai akreditasi program studi dan akreditasi institusi perguruan tinggi dengan melihat mulai dari Visi dan Misi, Tata Pamong dan Kepemimpinan, Kemahasiswaan dan Lulusan, Sumber Daya Manusia, Pembelajaran, Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerjasama, Pendanaan, Sarana dan Prasarana, Sistim Informasi, dan Sistim Penjaminan Mutu, ucapnya.

Menurut Permen Diknas No. 28 Tahun 2005 status akreditasi program studi dan satuan pendidikan hanya diberikan oleh BAN-PT dan menurut ketentuan Dirjen Dikti, tidak ada lagi istilah status terdaftar, diakui dan disamakan, yang ada hanya ijin operasional yang harus diperpanjang melalui sistim pelaporan yang dikenal EPSBED, yang berlaku sejak 1 Oktober 2007 menurut Surat Direktur Akademik Ditjen DIKTI No. 2254/D2.5/2007. Hal ini berlaku untuk semua program studi baik di PTN maupun PTS. Akreditasi dan ijin operasional adalah dua hal yang berbeda: ijin operasional menyangkut aspek legal beroperasinya suatu program studi, dan akreditasi adalah penilaian mutu penyelenggaraan program studi.

Oleh karena itu, saya menyarankan agar masyarakat sekarang berhati-hati dalam menyekolahkan putra-putrinya di pendidikan tinggi. Iklan di berbagai media massa tentang perguruan tinggi atau program studi sering menyesatkan. Banyak yang masih mencantumkan statusnya terdaftar atau diakui padahal istilah ini tidak berlaku lagi, bahkan sering juga mencantumkan ijin operasional yang sudah kadaluwarsa. Saat ini berbagai instansi seperti Kepolisian, perbankan, departemen dan sejumlah BUMN telah mensyaratkan calon pegawainya berasal dari program studi terakreditasi. Proses pengurusan akreditasi sebenarnya sangat mudah. Program studi hanya perlu mempersiapkan dokumen usulan akreditasi dan dikirim ke BAN PT tanpa perlu membayar karena semuanya ditanggung pemerintah.
Berbeda dengan di negara-negara lain dimana pengurusan akreditasi dipungut biaya yang tinggi dari pengusul.
Dosen paling aktif diantara sekian banyak dosen dimiliki oleh Fakultas Teknik ini paling sering pulang pergi ke luar negeri, mengikuti berbagai kegiatan tingkat internasional. Seperti tahun 2006 lalu, melalui Bandara Polonia Medan Bapak ini akan berangkat ke Negara Taiwan berjumpa penulis saat meninggalkan Indonesia tujuan ke Negara Thailand.

Setiap berjumpa dengan mahasiswanya menanyakan tentang kuliahnya. Memberi dukungan moril kepada semua mahasiswa bimbingannya. Kepedulian sangat besar dalam membimbing Tugas Akhir mahasiswanya. Pertanyaan itu keluar begitu saja dari seorang Dr. Marwan. Dia sayang pada semua mahasiswa. Begitu padat kesibukannya diluar, tetap ada waktu mengajar dan mengabdi mencerdaskan anak-anak Aceh.

Ketua Tim Pengembangan Bidang Ilmu Energi Tak Terbarukan dan Industri Dasar Ekstraksi Unsyiah ini, telah mengikuti Intership in Institution Based Accreditaion for Higher Education dari tanggal 1 – 30 Agustus di Melbourne Australia.

Ketua Jurusan Teknik Kimia ini telah banyak mengemban jabatan dipundaknya, katanya ini bukti pengabdian bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Aceh maju berkembang dan bersaing dengan orang lain.

Saat mahasiswa dibebankan menyelesaikan Tugas akhir prarancangan pabrik, ada tugas akhir mahasiswanya mencapai lima ratus lembar. Tetap memberi semangat dan solusi dalam mendirikan pabrik. Anak bimbingannya selalu diarahkan dapat membaca flow sheet dan cash flow pabrik, serta pendukung rancangan seperti lokasi dan tata letak pabrik, organisasi dan manajemen perusahaan, analisa ekonomi.

Selama mengajari mahasiswa Teknik Kimia, Dr Marwan disukai oleh para mahasiswa. Gayanya yang tegas dan objektif dalam memberi nilai. Ia mengajari berbagai matakuliah, seperti matakuliah Teknik Reaktor, Azas Teknik Kimia, Operasi Teknik Kimia, matakuliah ditakuti oleh sebagian mahasiswa.

Kepandaiannya dibidang akademik tidak tanggung-tanggung. Setelah menyelesaikan gelar sarjana dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya tahun 1985-1990 lalu, beliau berkesempatan melanjutkan pendidikan master by reserach ke Inggris dengan beasiswa Unsyiah/OECF pada tahun 1994. Diakhir masa studi, Unsyiah memperpanjang beasiswa sehingga memungkinkan beliau transfer ke program PhD pada tahun 1996. Menyelesaikan gelar S3-nya di School of Chemical Enginering University of Birmingham, United Kingdom pada 1998 untuk bidang Teknik Reaktor dan Katalisis.

Ketua Tim Penilai Proposal Competitive Grant Unsyiah tahun 2005 lalu, Direktur Eksekutif HIU – IMHERE Unsyiah 2006-2007 lalu. Lahir di Bireuen, 24 Desember 1966 lalu, telah banyak menghasilkan penelitian akademiknya salah satunya studi reaksi transesterifikasi minyak sawit untuk produksi biodesel menggunakan katalis zeolit dan batu kapur.

Sejumlah judul penelitian telah menjadi referensi, seperti kajian kinetika dan distribusi produk pada steam reforming etanol manjadi hydrogen menggunakan katalis paduan ZnO dengan tembaga dan logam-logam golongan VIII. Pengembangan katalis steam reforming bioetanol menjadi hydrogen menjadi hydrogen untuk bahan bakar alternatife.
Akhirnya, Beliau menyarankan kepada mahasiswa agar belajar dengan sungguh-sungguh. Belajar di perguruan tinggi sangat bergantung pada keaktifan masing-masing, karena dosen hanya berfungsi sebagai fasilitator. Disamping itu senantiasa diiringi dengan doa agar kita tidak sombong. Lebih lanjut, berbuat atau bersikap baik dengan semua orang termasuk dengan orang tua, guru, teman dan siapa saja. Keberhasilan kita bisa jadi karena doa-doa dari orang lain tersebut. [Bahagia Ishak]

0 komentar: