Semua manusia tanpa terkecuali menginginkan kebahagiaan dalam hidup, kebahagiaan itu dicari dengan cara yang berbeda-beda. Banyak Orang bersusah payah mencari kebahagiaan, tapi tak menemukan juga, meski ia memiliki banyak hal dalam hidupnya, seperti kaya raya hingga jadi penguasa negeri. Mengapa kebahagian tidak juga terjadi? Kenapa? Jawabanya karena mereka tidak bisa memaknai apa itu kebahagiaan. Jika anda termasuk orang seperti itu, maka cara pertama yang mesti dilakukan ialah mengubah mainset berpikir anda tentang kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah makna, kesan, atau dalam bahasa komunikasi disebut sensasi, yaitu sesuatu yang kita persepsi seperti baik-buruk, indah-tidak indah, bagus-jelek. Makna bukan kita terima dari orang lain, melainkan kita ciptakan sendiri. Maka, jika orang bisa memaknai sesuatu dalam hidup dengan benar, maka ia akan bahagia.
Kebahagiaan seperti halnya kesan-kesan yang lain, terdapat dalam diri kita sebagai subjek, bukan di luar diri kita. Alunan tersebut, sebab itu tidak berlaku bagi orang yang buta, ataupun kondisi jiwanya terganggu. Begitu juga musik, bukan berada pada alat musik, ataupun suara penyanyi, melainkan ada pada telinga dan jiwa kita, buktinya, keindahan pemandangan bukan berada pada alam, tetapi pada jiwa dan fisik kita yang mengkonsepsi pemandangan. Merdunya irama, jadi sangat mengganggu bagi mereka yang sakit gigi, atau sedang marah.
Adakalanya seseorang senang mengatur orang lain, masuk dalam kehidupan orang. Perbuatan itu dilakukan berlandasan kebiasaan, suka mengatur hidup orang, sedangkan kehidupan dirinya tidak dihiraukan. Begitu juga, banyak lelaki senang dengan menghitung-hitung jumlah Inong-nya, sebaliknya banyak perempuan suka mengkoleksi Lakoe dari lelaki berduit. Bermacam cara manusia mencari kebahagiaan mengisi hari-hari dalam hidupnya.
Seperti kata kawanku, “Kau tak usah merasa heran. Hati dan lidah itu, dapat menjadi sesuatu yang paling baik, sebagaimana juga bisa menjadi sesuatu yang paling buruk. Karena apabila hati dan lidah itu baik, maka segala seuatu akan menjadi baik. Sedangkan kalau hati dan lidah itu buruk, maka segala sesuatu akan menjadi buruk”, demikian katanya.
Hati yang bersih dan lidah yang terjaga dari kata-kata yang buruk, akan membawa keselamatan dan kebahagian bagi diri seseorang, serta akan memberi pengaruh bagi orang lain lain. Tetapi hati yang jahat dan lidah yang tidak terpilihara dari kata-kata buruk akan mengakibatkan kecelakaan bagi diri seseorang juga bagi orang lain. Bila hati seseorang memancarkan kebaikan, maka akan menjadi baiklah dalam kehidupannya, karena akan luas pergaulannya. Sebaliknya, bila hati seseorang menggambarkan keburukan, maka hidupnya akan mengalami kesukaran, dan ia akan jauh dari pergaulan masyarakat baik. Namun, jika seseorang mengucapkan dengan kata-kata yang sopan dan baik, banyak orang yang menyukainya. Sebaliknya, jika dia berbicara kotor dan jahat, ia akan dibenci orang.
Mengingat kebaikan akan mendatangkan kebahagiaan. Dimana kebahagiaan adalah faktor internal dalam diri kita, maka mencarinya harus dengan mengkondisikan, meng-sugesti diri kita agar bahagia. Ketika biasanya anda merasa malas dan mengeluh jika harus berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh, tanamkan dalam diri anda, bahwa saya sedang bahagia, karena bisa melihat banyak ekspresi orang, bisa menyapa tetangga, dan anda menuju sehat dengan berolahraga. Sekali lagi katakan pada diri sendiri saya sedang berbahagia. Jika hati anda tidak menerima keadaan maka tidur anda akan terganggu, tetapi para pegawai pabrik, atau petugas stasion kereta, mereka bisa tidur dengan nyenyak di tengah gemuruhnya suara mesin, itu semua karena mereka tidak menganggap suara apapun sebagai masalah.
Manusia kadang tidak bisa membedakan antara kesenangan dan kebahagiaan, juga antara musibah dan penderitaan. Kesenangan adalah faktor di luar diri, sementara kebahagiaan adalah ada dalam diri kita, begitu juga musibah adalah faktor di luar diri kita, sedangkan penderitaan ada dalam diri kita. Ketika anda mendapat kesenangan, itu belum tentu membuat anda bahagia, kecuali jika kita mengkondisikan diri kita untuk bahagia, sebab bisa jadi kesenangan berbuah penderitaan. Musibah belum tentu membuat orang menderita, kecuali ia mengkondisikan dirinya untuk menderita, sebab bisa jadi musibah berbuah kebahagiaan jika orang pandai mengambil hikmah.
Kesimpulannya, bahwa kesenangan tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan, juga musibah tidak berbanding lurus dengan penderitaan. Kita sendirilah yang membuat diri kita menderita atau bahagia. Semoga semua pembaca mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.[Bahagia Ishak]
Apa Kabar Jalan Layang Pidie Jaya
-
Oleh. Bahagia Ishak
Ratusan tiang pancang yang dibuat dari beton bertulang berdiri kekar di
lahan bekas sawah gampong Cot Trieng Kecamatan Meureudu Kabupat...
14 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar