Kamis, 31 Desember 2009

Propaganda Politek

Cut Lem bertanya kepada Ampon, yang lagi asyik duduk di Beulekoe. Hai Ampon, apa engkau ada mengikuti perkembangan politik Aceh saat ini? Ucap Cut Lem memulai pembicaraanya.

Ampon dengan sedikit kocak menjawab, oma perkembangan politik Aceh kaseb gura. Coba kau lihat, kenapa Tgk Bukhari Daud mundur dari Jabatan Bupati Aceh Besar. Kenapa dia mengundurkan diri, siapa memeras dan mengamcamnya, Tanya Ampon pada Cut Lem.

Ya benar, kenapa dia mundur. Pengunduran diri Bukhari yang masih dibalut misteri. Aku cari di Koran tidak ada alasan mundur. Apa dia tidak mau terjebak dalam politik mafia, yang demikian akrab dilakoni pejabat Aceh. Gawatnya dia berpolitik, kata Cut Lem.

Cut Lem berujar maju mundur dalam dunia politik menjadi hal luar biasa. Hebatnya nama Tgk Bukhari Daud, tiba-tiba begitu populer, dan jadi topik diskusi dari satu warung kopi ke warung kopi yang lain, di kantor pemerintahan, di redaksi media massa, sampai jadi bahan pembicaraan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Mardiyanto.

Malah, berita mundurnya Bupati Aceh Besar itu, mampu mengalihkan perhatian masyarakat Aceh yang penasaran dengan nasib Gubernur Irwandi Yusuf. Cut Lem bertanya, Apa Ini bagian dari propaganda Irwandi Yusuf?

Benar juga ya, Pak Gubernur kita telah lama menetap di rumah sakit Singapura, sampai-sampai lupa pada rakyatnya. Jika benar, teganya Tgk Agam menghembus isu ini dengan menutupi dan menyembunyikan kondisi kesehatannya.

Ampon penasaran, kenapa ya rakyat Aceh tidak bertanya. Padahal dua hal besar terjadi di Aceh. Pertama Gubernur Aceh sakit dan Bupati Aceh Besar Mundur.

Tau gak Cut Lem, bagi saya, apa yang dilakukan oleh Bukhari merupakan sebuah sikap berani di tengah kegilaan orang Aceh pada jabatan dan tahta. Meski di balik itu, saya justru menangkap, ada yang tidak benar dari pengunduran diri tersebut. Rasa penasaran saya, kenapa Bukhari mundur begitu mendadak, serta kenapa surat tersebut justru ditulis tangan, terang Ampon.

Ampon penasaran, kenapa Partai Amanat Nasional (PAN) yang mengusungnya saat Pilkada 2006 lalu, mengeluarkan pernyataan menolak Bukhari mundur ketika dukungan publik lebih memihak Bukhari. Seharusnya PAN mengeluarkan pernyataan bersama Bukhari dan tidak ingin Bukhari mundur.

Sebab, ketika pernyataan dukungan baru dilontarkan sekarang, setelah lebih seminggu polemik di masyarakat bergulir, banyak pihak pasti bertanya-tanya, ada apa dengan cinta Bukhari-PAN? Saya makin penasaran, pasti ada yang tidak beres.

Tapi, satu yang perlu dicatat, sikap yang ditunjukkan Bukhari, sudah melambungkan namanya. Walaupun masyarakat masih bertanya-tanya, atas alasan apa Bukhari mundur, setidaknya langkah yang ditempuh Bukhari dapat disebut sebagai sikap seorang pejabat yang tahu diri.[Bahagia Ishak]

0 komentar: