Selasa, 29 Desember 2009

Perubahan Iklim Mengancam Bumi

Oleh. Bahagia Ishak

“Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).”

Firman Allah swt dalam Al-Qur’an surat Ar Ruum – 30 : 41, menyatakan dengan jelas kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, akibatnya manusia sendiri akan merasakan dampak rusaknya lingkungan hidup, mengajak manusia tetap memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan hidup.

Seperti Kota Banda Aceh, sering terjadi hujan dan angin kencang tiba-tiba datang beriringan ikut menerbangkan apa saja yang dilaluinya. Perubahan iklim telah merubah kondisi rata-rata suhu, curah hujan, tekanan udara dan angin dalam jangka waktu yang panjang. Pola cuaca cepat sekali berubah, musim hujan datang jarang, dan datangnya musim kemarau berbulan-bulan menyebabkan kekeringan.

Perubahan iklim dunia telah menyebabkan pergeseran musim di Aceh. Dimana musim kemarau berlangsung lama sehingga menimbulkan bencana kekeringan yang dirasakan langsung oleh sebagian petani di Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Utara. Musim hujan berlangsung dengan singkat dan intensitas curah hujan yang lebih tinggi dari curah hujan normal yang menyebabkan bencana banjir dan tanah longgsor seperti di Aceh Selatan, Bener Meriah Aceh Tengah, Aceh Tamiang dan Aceh Tenggara.

Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola iklim dunia.

Isu perubahan iklim serta dampaknya merupakan isu global telah menjadi topik pembicaraan dunia sejak diadakannya Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992. Konfrensi perubahan iklim atau United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) merupakan salah satu konversi bertujuan untuk menjaga kestabilan Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfir sehingga terjaminnya ketersediaan pangan dan pembangunan berkelanjutan.

Terdapat kesan bahwa masalah lingkungan hidup adalah suatu hal yang baru. Namun sebenarnya, permasalahan itu telah ada sejak manusia ada di bumi. Oleh sebab itu faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan hidup adalah besarnya populasi manusia.

Bumi makin panas, ancaman bagi keberlangsungnya kehidupan masa depan. Sumber pemanasan global terjadi diseputar lingkungan hidup kita, seperti salah satu sumbernya adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gampong Jawa Banda Aceh. TPA tersebut bersifat open dumping yang tiap hari menghasilkan gas metana (CH4) terbuang ke lingkungan. Biogas tersebut terjadi dari proses fermentasi mikroorganisme sampah organik dan an-organik atau sisa pencemaran makluk hidup dalam tumpukan sampah. Biogas dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik maupun sebagai bahan bakar alternatif.

Berdasarkan hasil kunjungan lapangan ke TPA Gampong Jawa bersama mahasiswa Program Studi Magíster Teknik Kimia Program Pascasarjana Bidang Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Minggu (19/7) telah melihat pengelolaan sampah di TPA tersebut. Terlihat para pemulung mengumpulkan sampah yang bisa dimanfaatkan kembali untuk kegunaan lain. Aroma bau busuk tercium memasuki areal TPA, terlihat gunungan sampah sebagian telah ditutup dengan tanah sebagai pelapisan sampah, ada gunungan sampah yang belum dilakukan penutupan dengan tanah.

TPA tidak dikelola dengan baik juga ikut merusak lingkungan, alasan utamanya adalah sebagai sumber penyakit dan penghasil gas metana (CH4). Metana yang dihasilkan di TPA adalah gas lebih berbahaya dari CO2, metana mempunyai 25 kali terhadap kerusakan ozon. Banyak dihasilkan dari dekomposisi bahan organik secara anaerobik seperti sawah, penimbunan sawah organik dan kotoran makluk hidup. Berbagai macam limbah dibuang seperti limbah rumah tangga, rumah sakit, daerah pertokoan, perkantoran, pasar, permukiman, jalan protokol, limbah saluran drainase dan fasilitas umum dibuang ke lokasi TPA yang pengelolaan TPA-nya open dumping atau terbuka.

Sebab Perubahan Iklim
Perubahan iklim dunia disebabkan mencairnya es dan gletser di seluruh dunia, terutama di kutub utara dan selatan. Diketahui bahwa es yang menyelimuti permukaan bumi telah berkurang 10% sejak tahun 1960. Sementara ketebalan es di Kutub Utara telah berkutang 42% dalam 40 tahun terakhir (Fred Pearce, 2001).

Fred Pearce juga memperkirakan pada tahun 2100, gletser yang menyelimuti pegunungan Himalaya seluas 33.000 km2 akan mencair. Ilmuan Eropa juga memperkirakan sekitar 50-90% gletser dipermukaan Alber akan menghilang. Diperkirakan pengunangan salju Autralia akan bebas salju pada tahun 2070. Sementara menurut penelitian Lonnie Thomson dari Byard Polar Research Center Universitas Ohio, diperkirakan seluruh salju di pegunungan Kilimanjoro akan mencair pada tahun 2015 akibat pemanasan global.

Dalam proses perubahan iklim terjadi sangat lamban, sehingga dampak tidak langsung dirasakan saat ini. Namun akan sangat terasa bagi generasi mendatang. Perlu disadari bahwa ketika perubahan iklim telah terjadi, maka tak satupun upaya yang dapat mengembalikan kondisi ke keadaan semula.

Apapun yang dilakukan perubahan tetap akan terjadi, ini dikarenakan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia telah meningkat dengan dimulainya revolusi industri tahun 1850.

Isu perubahan iklim merupakan isu global sehingga perlu keterlibatan semua pihak dalam penanganan secara global. Upaya pengelolaan lingkungan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah belum berjalan secara maksimal. Salah satu masalah adalah kemampuan aparat pemerintah dalam pengolaan lingkungan perlu ditingkatkan, melakukan koordinasi antar sektor belum berjalan dengan baik.

Dampak perubahan iklim lainnya adalah meningkatnya permukaan air laut. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), panel ahli untuk isu perubahan iklim dalam 100 tahun terakhir telah terjadi peningkatan permukaan air laut setinggi 10-25 cm. Sementara diperkirakan pada tahun 2100 akan terjadi peningkatan air laut setinggi 15-95 cm (Greenpeace, 1998).

Diperkirakan dampak peningkatan air laut 1 m akan menyebabkan hilangnya 1% daratan Mesir, Belanda 6%, Blangladesh 17,8% dan menghilang 80% atol di Kepulauan Marshall (Fred Pearce, 2001).

Perubahan iklim juga menyebabkan terancam tenggelamnya sejumlah wilayah dunia akibat naiknya permukaan air laut. Ancaman tenggelamnya negara-negara kepulauan seperti Karibia, Fiji, Samoa, Vanuatu, Jepang, Filipina dan Indonesia tinggal menunggu waktu. Bersiap-siap puluhan juta orang yang hidup dipesisir pantai harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi.

Dampak perubahan iklim selain diuraikan diatas adalah menyebabkan terjadinya krisis penyedian makanan akibat tingginya potensi gagal panen, krisis air bersih, meluasnya penyebaran penyakit kronis seperti malaria, demam berdarah dan diare, kebakaran hutan, serta menghilangnya jutaan spesies flora dan fauna, kerena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan suhu di bumi.

Dampak global warning tidak hanya satu Negara atau satu wilayah merasakan imbasnya, tapi di seluruh dunia, melintasi batas Negara. Walaupun begitu, tingkat perekonomian yang jauh dibawah Negara maju serta perekonomian yang berbasis sumber daya alam menyebabkan Negara berkembang lebih rentan terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan akibat perubahan iklim dibandingkan Negara maju.

Perlu kita sadari bahwa perubahan iklim menunjukkan ancaman serius bagi kelangsungan hidup umat manusia serta makluk hidup lain. Walaupun begitu, kita harus berupaya memperlambat terjadinya proses perubahan iklim. Salah satunya dengan cara mengurangi bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi gas rumah kaca.

Perubahan iklim terjadi dengan waktu yang singkat, perubahannya pun tidak dalam bentuk ekstrem, sehingga manusia serta makluk hidup lain dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan alam terjadi. Tidak disadari bahwa aktivitas manusia telah penyebab utama terjadinya perubahan iklim. Seperti tertulis dalam QS. Asy Syu'araa' 26 : 183. “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.”

Apa itu Gas Rumah Kaca?
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas-gas di atmosfer yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia. Gas ini berkemampuan menyerap radiasi matahari di atmosfer sehingga menyebabkan menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi hangat. Meningkatnya GRK di atmosfer akibat aktivitas manusia pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu permukaan bumi secara global.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari, saat kita berada dalam sebuah mobil yang tertutup dibawah panas terik matahari. Panas sinar matahari masuk kedalam mobil menembusi kaca mobil membuat seisi mobil menjadi panas. Panas matahari tersebut terperangkap dalam mobil, tidak bisa keluar menembus kaca mobil.
Kasus diatas telah terjadi pada bumi, radiasi yang dipancarkan oleh matahari menembus lapisan atmosfer dan masuk ke bumi. Radiasi matahari yang masuk ke bumi dalam bentuk gelombang pendek menembus atmosfer bumi dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi.
Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun tak semua gelombang panjang yang dipantulkan kembali oleh bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa luar karena sebagian dihadang dan diserap oleh gas-gas yang berada di atmosfer, disebut gas rumah kaca.

Peristiwa ini berlangsung berulang kali, maka terjadi akumulasi radiasi matahari di atmosfer bumi yang menyebabkan suhu bumi semakin hangat. Peristiwa alam dikenal dengan efek rumah kaca (ERK), karena peristiwanya terjadi seperti persis dalam rumah kaca. Jadi peristiwa efek rumah kaca bukanlah efek yang ditimbulkan oleh gedung-gedung kaca, seperti yang selama ini disalahartikan.

Dalam konvensi PBB mengenai perubahan iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change - UNFCC), ada enam jenis gas yang digolongkan sebagai gas rumah kaca, yaitu Karbondioksida (CO2), dinitroksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksaflourida (SF6), perfluorokarbon (PFCs) dan hidroflourokarbon (HFCs). Selain itu pertambahan populasi penduduk dan pesatnya pertumbuhan teknologi dan industri ternyata juga memberikan kontribusi besar terhadap pertambahan gas rumah kaca.

Jenis gas terbanyak memberi sumbangan peningkatan emisi GRK adalah CO2, CH4, dan N2O. Gas-gas ini dihasilkan terutama dari bahan bakar fosil di sektor energi, transportasi dan industri. Sementara gas SF6, PFCs dan HFCs dihasilkan dari industri pendingin (Freon) dan penggunaan aerosol.

Ilmu Lingkungan Hidup

Ilmu lingkungan adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya. Didalamnya berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi, epidemiologi, kesehatan masyarakat, planologi, geografi, ekonomi, meteorology, hidrologi, bahkan pertanian, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Ilmu lingkungan dapat diibaratkan sebuah poros, tempat berbagai asas dan konsep anekaragam ilmu yang terpencar dan terkhususkan dapat digabungkan kembali secara tunjang-menunjang, untuk mengatasi masalah yang menyangkut hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.

Masalah lingkungan hidup bukan masalah yang baru, tetapi sudah ada sejak manusia hidup di muka bumi. Keberadaan manusia di bumi merupakan faktor penyebab terjadinya masalah lingkungan hidup. Pertumbuhan penduduk yang besar mengakibatkan meningkatnya masalah terhadap lingkungan hidup.

Diusulkan, salah satu upaya untuk mengatasi masalah terhadap lingkungan hidup adalah dengan cara memberikan pengetahuan tentang lingkungan hidup kepada siswa sejak pendidikan dasar. Dalam khazanah ilmu pengetahuan, pengertian tentang lingkungan hidup disebut dengan ekologi yang berarti ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan.

Pertumbuhan populasi manusia yang cepat, menyebabkan kebutuhan akan pangan, bahan bakar, tempat pemukiman, dan lain kebutuhan serta limbah domestik juga bertambah dengan cepat. Pertumbuhan populasi manusia telah mengakibatkan perubahan yang besar dalam lingkungan hidup.

Permasalahan lingkungan hidup menjadi besar karena kemajuan teknologi. Akan tetapi yang harus diingat bahwa teknologi bukan saja dapat merusak lingkungan, melainkan diperlukan juga untuk mengatasi masalah lingkungan hidup.

Pertumbuhan populasi manusia juga menyebabkan timbulnya permasalahan lingkungan, seperti: kerusakan hutan, pencemaran, erosi, dan lain-lain; karena manusia selalu berinteraksi (inter-related) dengan makhluk hidup lainnya dan benda mati dalam lingkungan. Ini dilakukan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam upaya mempertahankan jenis dan keturunannya.

Pemenuhan kebutuhan manusia dapat terpenuhi karena adanya pemanfaatan lingkungan yang berbentuk pengelolaan lingkungan hidup. Melalui pengelolaan lingkungan hidup, terjadi hubungan timbal balik antara lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial. Ini berarti sudah berkaitan dengan konsep ekologi, terutama tentang konsep hubungan timbal balik (inter-related) antara lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial. Dengan demikian apabila membicarakan lingkungan hidup, maka konsep ekologi akan selalu terkait, sehingga permasalahan lingkungan hidup adalah permasalahan ekologi.

Manusia dan alam mempunyai harmoni untuk menjaga keseimbangan kelestarian lingkungan. Bila hal itu terabaikan niscaya akan terjadi efek buruk dan akibatnya, bencana alam seperti banjir, longsor yang berujung pada suatu penyakit yang melanda manusia. Di sinilah pentingnya kita merenungkan tentang kelestarian lingkungan hidup.
QS. Al Qashash – 28 : 77 memerintahkan dengan terang kepada manusia tidak membuat kerusakan di bumi. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Kerusakan lingkungan di Aceh kian menjadi. Hutan terus digunduli, sungai-sungai tak luput dicemari dengan pembuangan berbagai limbah cair. Dampaknya pun terasakan hingga kini, ketika bencana alam terjadi, masyarakat merasakan dampaknya. Semua itu timbul akibat ulah manusia sendiri, yang senantiasa melakukan perusakan terhadap alam, atas nama pembangunan. Bila tak segera diredam, niscaya bisa timbul bencana alam lebih besar.
Balasan bagi orang perusak bumi seperti tertulis dalam QS. Al Maa’idah 5 : 33; “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”.

Apa harus dilakukan
Apa yang bisa kita dilakukan untuk menyelamatkan bumi supaya dapat menekan laju perubahan iklim dan upaya beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan keterlibatan semua pihak dalam mengelola lingkungan hidup. Pemerintah, pihak industri dan masyarakat harus terintegrasi dalam menjaga keberlangsungan kehidupan masa depan.

Pada sektor energi, transportasi, dan industri, pemerintah harus menekan pentingnya mengembangkan strategi dan tindakan nyata dalam melakukan upaya penurunan emisi GRK. Upaya yang bisa dilakukan mengganti bahan bakar dengan lebih bersih dan ramah lingkungan, menghemat penggunaan bahan bakar, serta menggunakan peralatan atau mesin yang lebih hemat energi.

Sektor-sektor lain seperti pertanian, perikanan, infrastruktur, kehutanan, serta kesehatan merupakan sektor yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Diharapkan pemerintah perlu mempersiapkan perencanaan dan persiapan dalam menghadapi bencana yang diperkirakan akan terjadi. Peringatan bagi Petani datangnya musim kemarau sejak beberapa bulan kedepan, peringatan datang banjir bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir dapat waspada serta mendukung mendukung pemerintah dalam menjalankan strategi penanggulangan banjir.

Satu lagi masalah penting yang jarang dilakukan pemerintah adalah memberi pelatihan dan pendidikan cara menangulangi berbagai tindakan antisipasi terhadap dampak perubahan iklim. Misalnya seperti ajakan oleh aktivis lingkungan yang memeluk replika bola dunia saat aksi teaktrikal di depan masjid raya Baiturrahman Banda Aceh, Sabtu (25/7) mengajak masyarakat Aceh menjaga lingkungan dan prihatin atas kerusakan bumi akibat ulah manusia.
Hubungan timbal balik antara manusia dengan makhluk hidup lainnya dan unsur tak hidup, telah menyebabkan manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun aktivitas yang dilakukan manusia dalam lingkungan hidup, telah menyebabkan timbulnya kerusakan lingkungan atau permasalahan lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan hidup pada hakikatnya merupakan permasalahan ekologi. Hal ini karena ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan.

Unsur penting yang harus diperhatikan dalam lingkungan adalah materi, energi, dan informasi. Ketiga unsur itu dapat ikut mempengaruhi keanekaragaman dalam komunitas dan dapat menjadi faktor pembatas dalam populasi. Apabila ketiga unsur itu terganggu (berubah) maka lingkungan juga akan berubah, berarti siklus biogeokimiapun berubah. []

Publikasi Koran Harian Aceh

0 komentar: