Kebijakan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf menerapkan Moratorium Logging (Jeda penebangan liar/illegal Logging) melalui Intruksi Gubernur Nomor 5 Tahun 2007 belum membawa hasil berarti terhadap penebangan hutan Aceh, hutan tetap di tebang dan kayu diolah dan perjual belikan.
Dampaknya bumi makin panas, ancaman bagi keberlangsungnya kehidupan masa depan. Sumber pemanasan global terjadi diseputar lingkungan hidup kita, seperti kerusakan hutan Aceh yang disebabkan oleh penebangan liar, kebakaran hutan (yang disengaja dan tidak disengaja), perkebunan skala besar serta kerusakan- kerusakan yang ditimbulkan HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dan HTI (Hutan Tanaman Industri).
Isu perubahan iklim dunia merupakan isu global yang perlu penanganannya melibatkan seluruh pihak secara global. Upaya pengelolaan lingkungan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah saat ini belum berjalan secara maksimal karena masih banyak kendala yang dihadapi, antara lain koordinasi antar sektor belum berjalan dengan baik.
Isu lingkungan global seperti perlindungan atmosfer dan perubahan iklim terus menjadi topik pembahasan pemimpin dunia. Gubernur Aceh juga ikut serta dalam pertemuan Governors Meeting on Climate (CC) and Global Warning (GW) di California Amerika Serikat tanggal 1-2 oktober 2009 lalu. Topik pembahasan Gubernur Dunia adalah perubahan iklim dan solusi menangani perubahan iklim global (Hr. Serambi Indonesia, 4/10). Di tingkat regional, perubahan iklim terjadi begitu saja dengan kurangnya partisipasi masyarakat sebagai pelaku utama terhadap perubahan iklim.
Tahun 1992, isu perubahan iklim telah di bahas pada Konfrensi perubahan iklim atau United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Rio de Janeiro, Brazil. Konfrensi ini merupakan salah satu konversi bertujuan untuk menjaga kestabilan Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfir sehingga terjaminnya ketersediaan pangan dan pembangunan berkelanjutan.
Pola cuaca cepat sekali berubah, musim hujan datang jarang, dan datangnya musim kemarau berbulan-bulan menyebabkan kekeringan. Perubahan iklim telah merubah kondisi rata-rata suhu, curah hujan, tekanan udara dan angin dalam jangka waktu yang panjang. Iklim dunia cepat sekali berubah-rubah, perubahan iklim telah menyebabkan pergeseran musim. Musim kemarau berlangsung lama yang menimbulkan bencana kekeringan yang dirasakan langsung oleh sebagian petani di Aceh.
Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola iklim dunia.
Apa yang bisa kita dilakukan untuk menyelamatkan bumi supaya dapat menekan laju perubahan iklim dan upaya beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan keterlibatan semua pihak dalam mengelola lingkungan hidup. Pemerintah, pihak industri dan masyarakat harus terintegrasi dalam menjaga keberlangsungan kehidupan masa depan.
Kurangnya partisipasi masyarakat menjaga hutan telah mengakibatkan berkurangnya fungsi hutan sebagai penyerap emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Hutan dapat menyerap dan mengubah karbondioksida (CO2), salah satu jenis GRK, menjadi oksigen (O2) yang merupakan kebutuhan utama bagi mahluk hidup.
Pada sektor energi, transportasi, dan industri, pemerintah harus menekan pentingnya mengembangkan strategi dan tindakan nyata dalam melakukan upaya penurunan emisi GRK. Upaya yang bisa dilakukan mengganti bahan bakar dengan lebih bersih dan ramah lingkungan, menghemat penggunaan bahan bakar, serta menggunakan peralatan atau mesin yang lebih hemat energi.
Tahun 2002 hutan Indonesia sekitar 144 juta ha, tentunya emisi karbon dapat diserap jumlahnya sangat banyak, sehingga laju terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim dapat dihambat. Jumlah CO2 yang telah diserap oleh hutan Indonesia pada tahun 1990 adalah sebesar 1500 MtCO2 (Indonesia: The First National Communication under UNFCCC, 1990).
Sumber dari FWI/GFW mengatakan hutan Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan luas hutan terbesar, yaitu 120,3 juta hektar. Sekitar 17% dari luasan tersebut adalah hutan konservasi dan 23% hutan lindung, sementara sisanya adalah hutan produksi (FWI/ GFW, 2001).
Dari sisi keanekaragaman hayati, Indonesia termasuk negara paling kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut situs web Indonesian National Parks, Indonesia memiliki sekitar 10% spesies tanaman dari seluruh tanaman di dunia, 12% spesies mamalia (terbanyak di seluruh dunia), 16% reptil dan amfibi, 17% spesies burung dan lebih dari 25% spesies ikan di seluruh dunia. Hampir seluruh spesies tersebut endemik atau tak terdapat di negara lain.
Padahal jika hutan beserta keanekaragaman hayatinya dipelihara dengan baik, maka sesungguhnya akan memberikan keuntungan bagi Indonesia, baik secara sosial maupun ekonomi. Apalagi sektor-sektor seperti kehutanan, pertanian dan perikanan, kesehatan, ilmu pengetahuan, industri dan pariwisata, sesungguhnya sangat bergantung pada keberadaan keanekaragaman hayati.
Selama ini yang terjadi justru sebaliknya. Sejak tahun 1970-an, kerusakan hutan mulai menjadi isu penting, di mana penebangan hutan secara komersial mulai dibuka secara besar-besaran. Menurut data Forest Watch Indonesia, laju kerusakan hutan pada tahun 1985-1997 telah mencapai sebesar 2,2 juta per tahun (FWI, 2001).
Sedangkan pada tahun 1994, hutan Indonesia hanya menyerap sekitar 404 MtCO2 (NET dan Pelangi, 2000). Jadi, hanya dalam waktu 4 tahun, hutan Indonesia sudah berhasil melepaskan emisi GRK ke atmosfer sebesar 1.096 MtCO2.
Perlu ditingkatkan peran aktif pemerintah dalam mengajak masyarakat mengelola dan menjaga kelestarian hutan. Sumber daya alam dan lingkungan bukan hanya milik pemerintah tetapi juga milik seluruh rakyat Indonesia.
Jeda penebangan liar yang diintruksikan oleh Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf sangat tepat dalam mengelola keberlangsungan masa depan dunia. Menebang hutan harus sebanding dengan penanamanya kembali supaya ada regenerasi hutan baru sehingga stabilnya ekosistem terhadap lingkungannya. [*]
Apa Kabar Jalan Layang Pidie Jaya
-
Oleh. Bahagia Ishak
Ratusan tiang pancang yang dibuat dari beton bertulang berdiri kekar di
lahan bekas sawah gampong Cot Trieng Kecamatan Meureudu Kabupat...
14 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar