Selasa, 05 Januari 2010

Kerusakan Hutan Aceh Dibahas di UI

Junaidi | The Globe Journal |Senin, 16 November 2009

Banda Aceh - Perubahan iklim di Aceh telah merubah kondisi rata-rata suhu, curah hujan, tekanan udara dan angin dalam jangka waktu yang panjang. Hal inilah yang menyebabkan salah seorang mahasiswa pasca sarjana Aceh dipercayakan untuk menjadi salah seorang Narasumber dalam Simposium Nasional II Forum Pascasarjana Indonesia Tanggal 19–21 November 2009 di Universitas Indonesia (UI). "Pola cuaca cepat sekali berubah, musim hujan datang jarang, dan datangnya musim kemarau berbulan-bulan menyebabkan kekeringan,” ucap Bahagia Ishak, Ketua Umum DPW Forum WACANA Indonesia (FWI) Aceh, Minggu (15/11) yang mewakili Mahasiswa Pasca Sarjana Aceh dalam pertemuan tersebut sekaligus merangkap sebagai narasumber.Kepada The Globe Journal, Bahagia menyebutkan dirinya menjadi pada pertemuan tersebut akan mempresentasi makalah Bumi dalam Ancaman Perubahan Iklim.

”Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan iklim, seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola iklim dunia,” ucapnya.

Bahagia menyebutkan, panitia pelaksana Simposium Nasional II Forum Mahasiswa Pascasarjana Indonesia adalah Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Indonesia, “Tema yang diangkat dalam Simposium Nasional Forum Wacana Indonesia adalah Pengaruh utama Kesejahteraan dan Upaya Pencapaian MDGs di Indonesia dalam Berbagai Perspektif Keilmuan,” ungkap Bahagia.

Lebih lanjut mahasiswa Magister Teknik Kimia Bidang Teknik Lingkungan Unsyiah mengatakan dalam proses perubahan iklim terjadi sangat lamban, sehingga dampak tidak langsung dirasakan saat ini. Namun akan sangat terasa bagi generasi mendatang. Perlu disadari bahwa ketika perubahan iklim telah terjadi, maka tak satupun upaya yang dapat mengembalikan kondisi ke keadaan semula.

Penyebab utama pemanasan global adalah Gas Rumah Kaca (GRK), gas-gas di atmosfer yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia. Gas ini berkemampuan menyerap radiasi matahari di atmosfer sehingga menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi hangat. Meningkatnya GRK di atmosfer akibat aktivitas manusia pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu permukaan bumi secara global.

Menurut Bahagia, kerusakan lingkungan di Aceh kian menjadi, hutan terus digunduli, sungai-sungai tak luput dicemari dengan pembuangan berbagai limbah cair. Dampaknya pun terasakan hingga kini, ketika bencana alam terjadi, masyarakat merasakan dampaknya. "Semua itu timbul akibat ulah manusia sendiri, yang senantiasa melakukan perusakan terhadap alam, atas nama pembangunan. Bila tak segera diredam, niscaya bisa timbul bencana alam lebih besar,” sebutnya mengutip isi makalah yang akan dibawakan nanti.

Bahagia menambahkan, isu perubahan iklim merupakan isu global sehingga perlu keterlibatan semua pihak dalam penanganan secara global. Upaya pengelolaan lingkungan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah belum berjalan secara maksimal. “Salah satu masalah adalah kemampuan aparat pemerintah dalam pengolaan lingkungan perlu ditingkatkan, melakukan koordinasi antar sektor belum berjalan dengan baik,” ungkapnya. [003]

0 komentar: